Ahad 25 Feb 2024 07:40 WIB

Pengamat: SPB Hidrogen Pilihan Cerdas Wujudkan NZE

Pemanfaatan hidrogen yang merupakan produk sampingan dari PLTGU.

Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Aeropolis, Kota Tangerang, Banten, Rabu (25/5/2022). SPKLU tersebut merupakan SPKLU kelima di Banten yang dibangun PT PLN (Persero) untuk menjamin kebutuhan pengisian baterai pengguna kendaraan listrik di daerah tersebut sekaligus menjadi bentuk dukungan terhadap program pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca sebagai kontribusi pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Foto: ANTARA/Fauzan
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Aeropolis, Kota Tangerang, Banten, Rabu (25/5/2022). SPKLU tersebut merupakan SPKLU kelima di Banten yang dibangun PT PLN (Persero) untuk menjamin kebutuhan pengisian baterai pengguna kendaraan listrik di daerah tersebut sekaligus menjadi bentuk dukungan terhadap program pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca sebagai kontribusi pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kebijakan energi Sofyano Zakaria menilai pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) oleh PT PLN (Persero) merupakan pilihan yang sangat cerdas dalam upaya mewujudkan kebijakan net zero emission (NZE).

Hidrogen sebagai pilihan energi buat kendaraan bermotor di negeri ini, menurut Sofyano Zakaria adalah langkah yang perlu mendapat perhatian dan dukungan penuh dari semua pihak khususnya pemerintah.

Baca Juga

"Apa yang dilakukan PLN adalah bukti pemikiran dan perbuatan nyata bagi Indonesia dalam mewujudkan Net Zero Emission yang telah diamanatkan dunia lewat G20," lanjut Sofyano di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).

PT PLN (Persero) pada Rabu (21/2) telah meresmikan SPBH atau Hydrogen Refueling Station (HRS) di kawasan Senayan, Jakarta. SPBH tersebut merupakan yang pertama di Indonesia.

Sofyano mengatakan pemanfaatan hidrogen yang merupakan produk sampingan dari PLTGU dan PLTP PLN adalah pemikiran yang pantas diacungi jempol karena hal ini jelas sumbangan nyata menuju terwujudnya transisi energi di negeri ini.

Pemerintah sudah sangat perlu mendorong agar energi hidrogen dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi sektor transportasi, terutama pada kendaraan bertenaga sel bahan bakar hidrogen.

Oleh karenanya, pemerintah perlu segera membuat peraturan dan kebijakan yang mampu mendorong percepatan penggunaan energi alternatif yang adalah clean energi, tambahnya.

Penggunaan bahan bakar hidrogen guna menghasilkan listrik yang digunakan untuk menggerakkan motor , tidak hanya sebagai bahan bakar mobil, energi hidrogen dan sesungguhnya juga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik serta alat transportasi massal seperti kapal laut termasuk kereta api, papar Sofyano.

Selain itu, lanjut Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) ini, energi hidrogen memiliki beberapa manfaat lain yang membuatnya semakin populer dan menarik perhatian dunia.

"Energi hidrogen dianggap sebagai salah satu jenis energi yang ramah lingkungan, karena reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen hanya menghasilkan air sebagai produk sampingan, sehingga tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polusi udara," tukasnya.

Dia sangat menyambut baik dan mendukung upaya PLN memanfaatkan hidrogen misalnya menjadi bahan bakar pengganti untuk pembangkit listrik yang tidak ramah lingkungan.

"Tentu saja ini perlu disesuaikan dengan produksi hidrogen dari PLN itu sendiri," ujarnya.

Pemerintah harus membuktikan bahwa negeri ini dan semua pihak yang ada harus tetap peduli dan akan melanjutkan transisi energi demi terwujudnya NZE dengan mendukung penuh segala pemikiran dan upaya yang mampu mewujudkan hal itu seperti hal nya dengan SPB hidrogen yang dilahirkan PLN ini, tutup Sofyano.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement