REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA — Warga di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diminta waspada akan potensi terjadinya cuaca ekstrem dan dampaknya. Khususnya warga yang tinggal di daerah rawan bencana tanah bergerak ataupun longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara memberikan peringatan potensi cuaca ekstrem ini berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, cuaca ekstrem berupa hujan lebat, yang kadang disertai petir dan angin kencang, berpotensi terjadi hingga Selasa (27/2/2024),” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto, Senin (26/2/2024).
Namun, Aris mengatakan, masyarakat diminta terus waspada hingga Maret nanti karena BMKG memprakirakan puncak musim hujan berlangsung pada akhir Februari hingga awal bulan depan.
Menurut Aris, intensitas hujan di Kabupaten Banjarnegara, khususnya wilayah utara, sempat menurun dalam beberapa hari terakhir. Kalaupun terjadi hujan, kata dia, biasanya hanya berlangsung sebentar dengan intensitas sedang.
“Akan tetapi, pada Minggu (25/2/2024) sore kembali terjadi hujan lebat disertai petir, menyusul peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang,” ujar Aris.
Aris meminta masyarakat waspada akan dampak kondisi cuaca ekstrem. Kondisi cuaca ekstrem dapat memicu terjadinya bencana. Warga yang tinggal di wilayah utara Banjarnegara, misalnya, diminta mewaspadai terjadinya tanah bergerak maupun longsor.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo mengatakan, hingga kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara masih memberlakukan status tanggap darurat bencana tanah bergerak dan longsor. Menurut dia, sejumlah daerah rawan terdampak bencana terus dipantau.
“Jadi, semua lini kita siagakan, terutama di daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana longsor tinggi, seperti Kecamatan Pagentan, Wanayasa, Banjarmangu, dan Punggelan. Itu selalu kita pantau selama kondisi cuaca ekstrem,” kata Andri.
Jika turun hujan lebat lebih dari satu jam, Andri mengimbau masyarakat di daerah rawan bencana untuk melakukan evakuasi mandiri. Ia menilai, masyarakat di daerah rawan bencana yang tergolong tinggi sudah memahami tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Apalagi saat hujan lebat, pergerakan tanah di Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, maupun ruas jalan kabupaten yang longsor di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa, masih berpotensi terjadi. Insyaallah, masyarakat setempat sudah paham soal itu,” kata Andri.
Ihwal warga terdampak bencana tanah bergerak dan longsor di Kecamatan Pagentan, menurut Andri, pemkab masih menyiapkan hunian sementara (huntara) dan upaya relokasi. “Untuk yang Pagentan, saat ini masih persiapan pembangunan huntara dan relokasi,” ujar dia.