REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dokter magang dan residen di Korea Selatan (Korsel) sudah mogok kerja selama tujuh hari. Pemerintah mengatakan, Senin (26/2/2024), tidak akan meminta pertanggungjawaban dokter magang jika mereka kembali bekerja pada Kamis.
Gerakan mogok kerja yang telah dilakukan itu sebagai protes atas rencana kenaikan kuota sekolah kedokteran yang ditetapkan oleh pemerintah.
Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min membuat pernyataan tersebut selama pertemuan pemerintah. Tindakan kolektif yang sedang berlangsung oleh dokter magang telah memangkas operasi di rumah sakit umum besar di Seoul hingga 50 persen dari kapasitas.
Aksi mogok kerja tersebut juga telah menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Ribuan dokter magang dan residen telah menjauhi rumah sakit pelatihan mereka sejak Selasa lalu.
Mereka memprotes rencana meningkatkan jumlah kursi sekolah kedokteran sebesar 2.000 mulai tahun depan dari 3.058 saat ini untuk mengatasi kekurangan dokter.
"Menghadapi keseriusan situasi saat ini, saya memohon untuk terakhir kalinya pemerintah tidak akan meminta pertanggungjawaban Anda atas tindakan sebelumnya jika Anda kembali ke rumah sakit pada Kamis," kata Lee.
Menteri dalam negeri menekankan tindakan kolektif tersebut memperburuk kekacauan di rumah sakit, sementara ancaman terhadap kehidupan dan kesehatan pasien terwujud.
"Saya ingin Anda untuk ingat bahwa suara Anda lebih keras dan lebih efektif disampaikan ketika Anda tetap berada di samping pasien," kata Lee berbicara kepada dokter peserta pelatihan.
"Rumah sakit yang Anda tinggalkan dipenuhi dengan ketakutan dan kecemasan. Saya harap Anda akan kembali ke tempat kerja yang telah Anda jaga dengan susah payah siang malam dan terlibat dalam dialog untuk meningkatkan layanan medis," katanya.