REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendapat keluhan pedagang di Pasar Klender SS, Jakarta Timur terkait harga beras lokal yang terus melonjak. Dalam keterangannya, Zulkifli menyampaikan, kenaikan harga beras terjadi karena suplai yang berkurang tidak mampu mengimbangi permintaan.
"Memang beras premium lokal harganya naik. Kenapa? Biasa, suplainya kurang. Kalau suplainya kurang, belinya nggak kurang ya pasti harganya naik," ujar Zulhas dalam keterangannya, Senin (26/2/2024).
Kurangnya suplai, kata Zulkifli, terjadi karena musim tanam yang mundur akibat faktor cuaca dampak dari El Nino. Ia menjelaskan, jika biasanya musim tanam berlangsung mulai Oktober, November, dan Desember, tetapi untuk akhir tahun 2023 mundur. Sehingga, produksi padi mengalami penurunan.
"Karena kita tanamnya geser, mestinya Oktober, November, Desember hujan. Biasanya Agustus, September tanam, sekarang sudah panen," ujar Zulkifli.
Oleh karena itu, harga beras lokal akan terus meningkat jika kondisi ini terus berlangsung, sedangkan permintaan terus bertambah. Untuk itu, pemerintah menyiapkan alternatif dengan menggelontorkan beras program Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) Bulog maupun beras komersial lainnya.
"Kalau itu yang terus dicari pasti itu harganya akan (naik), barangnya kan terbatas karena belum panen. Pemerintah menyiapkan alternatif, tadi Bulog, berasnya enak juga bagus. Ada beras komersial Rp 14 ribu Bulog, ada beras subsidi SPHP itu Rp 55 ribu per karung," ujarnya.
Zulkifli mengajak masyarakat untuk beralih sementara menggunakan alternatif yang disiapkan pemerintah sampai suplai beras normal setelah panen.
"Jadi sebetulnya kalau harga ini mahal diharapkan masyarakat bisa beli alternatif, bagus juga kok dari beras komersil Bulog atau SPHP, sehingga ini laju kenaikan beras lokal yang belum panen ini bisa tertahan kalo permintaannya turun," ujarnya.