REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak membantah partai berkuasa memiliki tendensi Islamofobia. Ia mengatakan pernyataan anggota parlemen dari Partai Konservatif Lee Anderson tidak bisa diterima dan karena itu ia diskors.
Pada Jumat (23/2/2024) lalu Anderson mengatakan Wali Kota London Sidiq Khan dikuasai kelompok Islam. Pernyataan ini memicu kecaman yang mendorong Partai Konservatif menskorsnya pada Sabtu (24/2/2024).
Saat ditanya apakah Partai Konservatif memiliki tendensi Islamofobia. "Tidak, tentu tidak," jawab Sunak di radio BBC, Senin (26/2/2024).
Khan yang keras menyuarakan pentingnya memerangi anti-semitisme, misogini dan homophobia, menganggap pernyataan Anderson rasialis dan Islamofobia. Pernyataan itu kata Khan akan "memberi bahan bakar pada api kebencian anti-muslim".
Jajak pendapat yang dilakukan Savanta dari 16 sampai 18 Februari menunjukkan 29 persen warga Inggris percaya Partai Konservatif memiliki masalah dengan Islamofobia, yang paling banyak dibandingkan dengan partai politik besar lainnya di Inggris.
Pada Kamis (22/2/2024) kelompok pemantau Tell MAMA melaporkan insiden kebencian anti-Muslim di Inggris meningkat tiga kali lipat setelah pecahnya perang di Gaza pecah. Tell MAMA mengatakan mereka mencatat 2.010 kasus dalam empat bulan terakhir.
Dikutip dari TRT World, kelompok itu mengatakan angka ini merupakan rekor lonjakan kebencian anti-muslim dalam periode empat bulan. Angka terbaru ini meningkat dari 600 insiden pada periode yang sama pada tahun 2022-2023, atau naik 335 persen.
"Kami sangat prihatin dengan dampak yang ditimbulkan perang Israel dan Gaza terhadap kejahatan kebencian dan kohesi sosial di Inggris," kata direktur Tell MAMA, Iman Atta dilansir dari laman Reuters.
"Meningkatnya kebencian anti-Muslim ini tidak dapat diterima dan kami berharap para pemimpin politik angkat bicara untuk mengirimkan pesan yang jelas bahwa kebencian anti-Muslim, seperti halnya anti-semitisme, tidak dapat diterima di negara kita," tambahnya.