REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis iklim sekaligus Indonesia Team Lead Interim di 350.org, Firdaus Cahyadi, mengatakan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan mental anak muda di Indonesia. Berbagai studi termasuk dari American Psychiatric Association telah mengungkap bahwa kecemasan dan stres di kalangan muda kian intens seiring dengan meningkatnya bencana ekologi akibat krisis iklim.
Firdaus meyakini, jika bencana ekologi akibat perubahan iklim lebih sering terjadi dan ekstrem, maka semakin rentan pula anak muda Indonesia terkena stres.
“Meskipun belum banyak studi yang secara spesifik meneliti keterkaitan perubahan iklim terhadap kesehatan mental anak muda di Indonesia, tapi kemungkinan besar itu terjadi. Apalagi menurut BNPB, dari Januari sampai Mei 2023, terdapat 1675 kejadian bencana yang 99,1 persen disebabkan krisis iklim,” kata Firdaus saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (27/2/2024).
Untuk menyiasati perasaan cemas, khawatir, dan stres akibat perubahan iklim, Firdaus menyarankan anak muda untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dan aksi melawan krisis iklim. Menurut dia, dengan aktif dalam kegiatan tersebut, maka anak muda bukan hanya lebih memahami tantangan iklim yang dihadapi, namun juga bisa membangun empati terhadap para korban.
“Sehingga mereka bisa menyalurkan ke kegiatan yang lebih positif. Anak muda harus berperan aktif dalam melawan krisis iklim ini, karena ini menyangkut masa depan mereka,” tegas Firdaus.
350.org sebagai LSM lingkungan internasional yang menangani krisis iklim juga telah aktif membangun wadah bagi anak-anak muda Indonesia untuk terlibat aktif dalam melawan perubahan Iklim. 350 Indonesia yakin, stres terhadap krisis iklim dapat diatasi dan diarahkan untuk aktif berkegiatan melawan krisis iklim itu sendiri.
Menurut Firdaus, wadah untuk anak-anak muda itu bernama komunitas Climate Rangers. Beberapa kota sudah ada komunitas Climate Rangers, seperti Climate Rangers Jakarta, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara dan sebagainya.
“Bagi anak-anak muda yang di kotanya belum ada komunitas Climate Rangers, 350 Indonesia akan dengan senang hati membantunya,” kata Firdaus.
Koordinator Mobilisasi Gerakan Kaum Muda 350 Indonesia, Ginanjar Aryasuta, menambahkan bahwa jumlah anak muda yang menjadi Climate Rangers di seluruh Indonesia mencapai 200 orang. Adapun yang mendasari mereka untuk bergabung adalah melihat urgensi dari permasalahan krisis iklim.
“Mereka mulai sadar bahwa krisis iklim adalah permasalahan sistemik yang perlu diselesaikan melalui gerakan kaum muda yg terorganisir. Climate Rangers menjadi wadah bagi orang muda yang satu visi untuk mengorganisir gerakan iklim,” kata Ginanjar.