Rabu 28 Feb 2024 13:19 WIB

Jerman: NATO dan Negara EU tak akan Kirim Tentara ke Ukraina

Saat ini, Jerman adalah pemasok senjata terbesar kedua ke Ukraina.

Red: Setyanavidita livicansera
Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara pada upacara peringatan 85 tahun Malam Kaca Pecah (Kristallnacht) yang akan berlangsung di Berlin, Kamis, (9/11/2023) di Berlin.
Foto: AP Photo/John MacDougall
Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara pada upacara peringatan 85 tahun Malam Kaca Pecah (Kristallnacht) yang akan berlangsung di Berlin, Kamis, (9/11/2023) di Berlin.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan, negara-negara Barat tak akan mengirim pasukan darat ke Ukraina dan menolak usulan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Selasa (27/2/2024). “Apa yang telah kami sepakati di awal akan terus dijalankan. Negara-negara Eropa atau NATO tak akan mengirim pasukan darat atau tentara ke Ukraina,” ucap Scholz pada wartawan saat mengunjungi Kota Freiburg di barat daya Jerman.

“Para tentara aktif di negara-negara kami tak akan berpartisipasi aktif dalam perang,” katanya menegaskan. NATO adalah aliansi pakta pertahanan Atlantik Utara. Scholz menekankan posisinya bahwa negara-negara sekutu Barat harus menahan diri untuk tidak memancing konflik langsung dengan Rusia.

Baca Juga

Pernyataan Scholz dikemukakan sehari setelah Macron mengusulkan pengiriman pasukan darat Barat ke Ukraina untuk mendukung Ukraina mempertahankan negaranya dari Rusia. “Tak ada konsensus di mana pasukan darat harus diturunkan secara resmi, tapi (semua opsi) tak perlu dikesampingkan,” ucap Macron pada konferensi pers di Paris setelah menjadi tuan rumah dalam konferensi yang mendiskusikan bantuan militer untuk Ukraina.

“Kami akan melakukan segala hal untuk memastikan bahwa Rusia tidak memenangi perang ini,” ucap Macron. Saat ini, Jerman adalah pemasok senjata terbesar kedua ke Ukraina setelah Amerika Serikat. Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, Jerman telah mengirim persenjataan sebesar 17,13 miliar Euro (sekitar Rp 290,8 triliun), yang terdiri atas howitzer (artileri medan), tank, pengangkut personel lapis baja, dan sistem pertahanan udara.

Namun, Kanselir Scholz menolak permintaan Ukraina untuk mengirimkan rudal jarak jauh Taurus karena khawatir rudal tersebut akan digunakan untuk menyerang target di Rusia dan berpotensi menggiring Jerman ke dalam perang.

Pada Senin (26/2/2024), Scholz menyatakan pada media lokal Jerman bahwa mengirimkan rudal Taurus buatan Jerman ke Ukraina berarti mengharuskan tentara Jerman untuk ikut serta dalam misi dan menurunkan mereka di Ukraina. “Tentara Jerman tidak boleh terlibat dengan target potensial ini dengan cara apapun, di titik manapun, dan di manapun,” tegas Scholz.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement