REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari satu lusin pejabat partai dan tim kampanye serta puluhan pemilih dan aktivis berpendapat besarnya kemarahan pemilih Partai Demokrat pada langkah pemerintah dalam menangani konflik di Gaza dapat berdampak besar pada kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pemilihan November mendatang.
Para pejabat mengatakan Gedung Putih berharap gejolak di Partai Demokrat atas konflik Gaza dapat mereda. Ketika Biden melanjutkan kampanye melawan kandidat Partai Republik Donald Trump. Sembilan bulan sebelum pemilihan permasalahan ini semakin memburuk ketika Biden tetap menolak menyerukan gencatan senjata permanen.
Langkah yang memicu kemarahan koalisi pemilih yang mendorong kemenangannya pada tahun 2020 mulai dari warga kulit hitam Amerika, aktivis Muslim di Michigan, hingga pemilih muda. Jajak pendapat menunjukkan pemilih dan politisi Partai Demokrat terpecah atas dukungan vokal Biden pada Israel sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023.
Warga Yahudi-Amerika yang sebagian besar memilih Partai Demokrat mendukung Biden yang mengaku sebagai Zionis. Banyak pemilih muda dan masyarakat minoritas menolak pendekatan tersebut. Terutama dengan tingginya korban jiwa dalam serangan Israel ke Gaza yang sudah menewaskan 29.700 orang. Kelompok penting koalisi pemilih Biden tampaknya kecewa dan marah.
Dalam kontes pencalonan Partai Demokrat di Michigan pada Selasa (27/2/2024), para aktivis Arab-Amerika yang mendukung Biden pada 2020 berjanji menahan dukungan mereka, mendesak para pemilih primer untuk mencentang "tidak berkomitmen" di kotak suara. Hal ini menjadi tes awal tentang bagaimana cara Biden menangani konflik Gaza dapat merugikannya di negara bagian swing state tersebut.
Berharap untuk mengatasi rasa frustasi mereka, para pejabat pemerintahan Biden bertemu dengan para pemimpin komunitas Arab-Amerika di Michigan pada 8 Februari 2024. Dua orang sumber mengatakan pertemuan tambahan ini tidak dilaporkan media sebelumnya.
Para sumber mengatakan para peserta diminta untuk tidak mempublikasikan rinciannya. Para pejabat pemerintahan membahas bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan mencatat Biden secara terbuka bersikap lebih kritis terhadap Israel.
Salah satu sumber dan tiga orang lainnya mengatakan dalam percakapan tertutup itu para pejabat mengatakan Biden dan beberapa penasihat terdekatnya tetap menentang seruan gencatan senjata permanen, meskipun ada tekanan internal untuk mengubah haluan.
"Presiden berusaha untuk mendapatkan setiap suara dan kampanye kami akan terus terlibat secara langsung dengan para pemilih dalam berbagai isu, (termasuk tentang) perdamaian abadi di Timur Tengah," kata juru bicara kampanye Biden, Seth Schuster.
Pertengahan Februari lalu Gedung Putih mengajukan resolusi gencatan senjata sementara di Dewan Keamanan PBB. Namun memveto resolusi yang menyerukan gencatan senjata permanen.
Pada Senin (26/2/2024) lalu Biden mengatakan ia berharap dapat melihat gencatan senjata sementara yang juga akan membebaskan para sandera dalam waktu satu pekan. Meski Hamas dan Israel masih berbeda pendapat soal perundingan itu.
Direktur kampanye digital Biden pada pemilihan presiden tahun 2020 Heba Mohammad mengatakan para aktivis Partai Demokrat di Wisconsin yang juga swing state, berencana menggelar demonstrasi atas sikap Biden di Gaza.
Di luar arena pertarungan pemilu, perang ini membuka celah di basis Partai Demokrat. Kemenangan Biden dalam kampanye kepresidenan 2020 didukung para pemilih baru, aktivis kulit hitam, dan anggota Partai Demokrat progresif lainnya.
Kelompok-kelompok tersebut membanjiri media sosial, membuka saluran telepon, dan mengetuk pintu selama pandemi untuk membalikkan keadaan di negara-negara bagian Rust Belt yang dimenangkan Trump pada 2016, terkadang dengan selisih yang tipis.
Beberapa warga kulit hitam Amerika menyatakan solidaritasnya terhadap warga Palestina dan melihat perjuangan rakyat Palestina sebagai cerminan dari pengalaman penindasan mereka sendiri. Beberapa pemilih Gen Z dan milenial Demokrat, yang memilih Biden dalam jumlah besar pada 2020, melihat perang Gaza sebagai bukti suara mereka tidak didengar di Washington.
Meskipun tidak satu pun dari lima lusin anggota Partai Demokrat mengatakan, mereka akan mendukung Trump. Sementara, setengahnya mengatakan mereka mempertimbangkan untuk tidak mengikuti pemilu atau memilih partai lain.
Kampanye Biden mengakui kekhawatiran tersebut. Namun, menekankan bukti antusiasme pemilih Partai Demokrat, seperti yang terlihat dalam penggalangan dana baru-baru ini.
Pekan lalu, tim kampanye dan sekutu Partai Demokrat mengatakan mereka mengumpulkan lebih dari 42 juta dolar AS di bulan Januari dan memiliki dana tunai sebesar 130 juta dolar AS untuk kemungkinan bertarung melawan Trump.
Namun, menurut sekitar selusin pejabat tim kampanye Biden, Gedung Putih dan Partai Demokrat mereka marah dan frustrasi atas kebijakan terhadap Israel dan kebijakan-kebijakan lainnya. "Kami terluka lebih dari yang kami perkirakan," kata seorang penasihat kampanye Biden.
Salah satu ketua tim kampanye Biden, Mitch Landrieu mengakui masalah ini "sulit" tapi ia mengatakan masa kampanye masih lama untuk mengatasi kekhawatiran tersebut. "Anda bisa memperkirakan penjangkauan yang sangat-sangat agresif pada semua pemilih, terutama pemilih muda, pada semua isu ini," katanya di Flint Michigan.
"Presiden dan kami akan mengikuti arahan ini, berulang kali ia mengatakan, ia tidak memikirkan masalah ini dalam rangka pemilihan, ia memikirkannya dalam apa yang benar untuk dilakukan," kata Landrieu.
Para pakar strategi mengatakan mengabaikan kekhawatiran itu dapat menjadi sebuah kesalahan. "Ini benar-benar berbahaya, kami melihatnya pada tahun 2000, kami telah melihatnya di 2016," kata, pendiri Arab American Institute dan anggota lama Komite Nasional Partai Demokrat James Zogby.
Ia merujuk kekalahan kandidat Partai Demokrat Al Gore dan Hillary Clinton yang kalah setelah mengabaikan peringatan dari partainya sendiri.