REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) tidak ingin melihat Israel atau gerakan Hizbullah meningkatkan konflik di perbatasan Israel-Lebanon dan akan terus melakukan diplomasi untuk menemukan solusi kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller pada Selasa (27/2/2024).
"Kami tidak ingin melihat kedua belah pihak (Israel atau Hizbullah) meningkatkan konflik di utara (Israel), dan faktanya, kami akan terus mengupayakan penyelesaian diplomatik atas konflik tersebut," kata Miller dalam konferensi pers.
Sebelumnya pada awal pekan ini, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, Tel Aviv berencana meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah bahkan selama potensi gencatan senjata di Jalur Gaza setelah kesepakatan penyanderaan dengan Hamas tercapai.
Israel dan Hizbullah telah melancarkan serangan udara di daerah sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sejak Oktober lalu. Konflik antara kedua seteru tersebut memaksa sekitar 80 ribu warga Israel di bagian utara negara Zionis itu meninggalkan rumah mereka.
Sebuah jajak pendapat pada awal Februari menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen warga Israel percaya bahwa angkatan bersenjata Israel (IDF) harus melancarkan operasi militer skala penuh di Lebanon selatan untuk mendorong gerakan Hizbullah keluar dari perbatasan utara Israel.