REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masyarakat yang berkontestasi di tahun politik ini pasti ada yang menang dan yang kalah. Namun, kekalahan terkadang berdampak besar pada psikologis para calon yang maju dalam Pemilu, dan bahkan kepada para pendukungnya.
Bukan hanya para caleg atau capres saja yang merasakan kekalahan, akan tapi para pendukungnya juga merasakan kekalahan. Terlebih pendukung yang cukup fanatik mendukung calon presiden kesayangannya.
Kekalahan adalah hal yang sangat biasa, yang menjadi tidak biasa adalah cara menyikapinya. Lalu, bagaimana cara menyikapi kekalahan dalam Islam?
Dalam kitab Al Adzkar Al Nawawiyyah, Al Imam Muhyiddin Abi Zakariya Al Nawawi atau yang dikenal sebagai Imam Nawawi mengutip sebuah riwayat yang bersumber dari Shahih Muslim. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibandingkan dengan mukmin yang lemah. Meskipun begitu, keduanya memiliki kebaikan. Maka, bersemangatlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan meminta pertolonganlah kepada Allah dan jangan lemah. Dan jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengatakan: ‘Seandainya aku melakukan ini maka akan begini dan begitu,’ akan tetapi katakanlah, ‘Allah telah menakdirkannya dan apa yang Ia kehendaki telah terjadi.’ Sebab kata ‘seandainya’ akan membuka ruang bagi setan untuk bekerja.” (HR Muslim).
Hadits di atas memuat banyak sekali pesan yang dipetik oleh orang-orang yang memgalami kekalahan. Pertama, sebagai seorang mukmin sudah seharusnya memiliki jiwa yang kuat dan tahan banting, tidak gampang putus asa hanya dengan kekalahan, karena Allah SWT menyukai mukmin yang kuat dibandingkan yang lemah.
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kuat di sini adalah tekad kuat yang ada dalam jiwa dan karakter seseorang dalam mengurusi persoalan-persoalan akhirat. Meski begitu, tidak layak seorang mukmin memiliki jiwa yang lemah, apalagi hanya karena calon yang diusungnya kalah.
Kedua, baik orang yang kuat maupun orang yang lemah sama-sama memiliki kebaikan. Karena dalam riwayat ini, baik orang yang kuat maupun orang yang lemah keduanya adalah orang yang beriman, maka tentu keduanya memiliki sisi yang sama-sama baik. Karena itu, tidak ada alasan bagi orang yang merasa dirinya kuat, tiba-tiba menjatuhkan dan mengolok orang yang lemah karena keduanya memiliki kelebihannya masing-masing.
Ketiga, bersungguh-sungguhlah mengerjakan hal yang bermanfaat. Ada banyak ragam cara orang melampiaskan kekalahan dan kekecewaan. Ada yang berkata-kata kotor, melakukan kekerasan, dan banyak lagi yang lainnya. Maka dalam hadits di atas kita dilarang melakukan hal-hal tersebut dan diperintahkan untuk malakukan hal-hal positif lainnya. Dengan catatan, kita harus senantiasa meminta pertolongan dari Allah dan jangan lemah untuk mengerjakan hal positif tersebut.
Keempat, tidak perlu mengatakan ‘seandainya’, akan tetapi katakanlah ‘takdir Allah telah terjadi’. Seandainya adalah kata yang sering muncul dari mulut orang-orang yang kalah, ini merupakan untaian penyesalan dan bisa juga evaluasi atas apa yang terjadi. Menurut hadits tersebut, nerandai-andai hanya akan menambah ruang setan dan ruang penyesalan yang cukup dalam.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَلُومُ عَلَى الْعَجْزِ وَلَكِنْ عَلَيْكَ بِالْكَيْسِ فَإِذَا غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Artinya: "Sesungguhnya Allah mencela kelemahan, maka hendaklah kalian bersikap bijaksana. Jika kalian menerima sesuatu yang kalian tidak sukai maka ucapkanlah, hasbiyallahu wa ni'mal wakil." (HR Abu Daud dan Ahmad).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa kelemahan adalah kebalikan dari kebijaksanaan. Bijaksana berarti bersikap hati-hati dalam setiap perkara, berpedoman pada tadbir (pengelolaan), kemaslahatan, dan memperhatikan faktor-faktor sebab sesuatu terjadi, serta menggunakan akal sehat dalam menghadapi akibat yang diterimanya.
Ketika mengalami kekalahan dari lawan, maka yang patut diucapkan adalah 'hasbiyallahu wa ni'mal wakiil', yang bermakna cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Karena Allah SWT tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.