Rabu 28 Feb 2024 17:23 WIB

Jokowi Sebut Potensi Indonesia Masuk Jurang Resesi Rendah, Ini Alasannya

Menurut Jokowi, probabilitas resesi saat ini sudah melanda negara-negara besar.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ahmad Fikri Noor
Presiden Joko Widodo.
Foto: PNM
Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, banyak negara yang kini sudah masuk ke dalam jurang resesi. Terakhir, negara yang sudah masuk ke resesi yakni Jepang dan Inggris. Hal ini disampaikan Jokowi dalam sambutannya di Rapim TNI-Polri di Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).

"Sudah banyak negara yang masuk dalam jurang resesi. Terakhir kita tahu Inggris sudah masuk ke resesi, Jepang sudah masuk ke resesi dan probabilitas resesi sudah melanda negara-negara besar," ujar Jokowi.

Baca Juga

Menurut Jokowi, probabilitas resesi saat ini sudah melanda negara-negara besar. Seperti Jerman yang sudah mencapai angka 72 persen dan kemungkinan bisa masuk ke resesi. Sedangkan Uni Eropa sudah berada di angka 60 persen dan Amerika di angka 40 persen.

Sementara itu, probabilitas Indonesia masih berada di angka 1,5 persen. Hal inilah yang harus dijaga dan disyukuri bersama.

"Kita patut kita syukuri, probabilitas Indonesia masih di angka 1,5 persen. Ini yang harus kita jaga," kata dia.

Selain itu, Jokowi juga mengingatkan soal penggunaan fiskal dalam perang. Sebab perang yang terjadi di Ukraina, Gaza, dan Yaman menyebabkan penggunaan fiskal dalam perang meningkat tajam.

"Seperti embargo, restriksi dan saat ini kalau dulu negara-negara itu keterbukaan keterbukaan keterbukaan, sekarang semua negara melakukan proteksionis menjadi negara proteksionis," ujarnya.

Ia menyebut, saat ini ada 1.348 kebijakan proteksionis yang dilakukan berbagai negara utamanya dalam urusan pangan. Jokowi mengatakan, kebijakan proteksionis tersebut meningkat hingga tiga kali lipat atau 300 persen dibandingkan tahun 2014. Kondisi ini pun dinilainya akan terus meningkat.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu pun bersyukur kondisi ekonomi di Indonesia saat ini masih cukup kokoh di tengah krisis dunia dan ketidakpastian ekonomi yang sulit dikalkulasi. Bahkan di G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk tiga besar terbaik.

Pada 2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen. Inflasi terkendali di angka 2,57 persen dan angka kemiskinan turun di 9,36 persen. Sementara pengangguran turun di angka 5,32 persen dan gini rasio ketimpangan turun di angka 0,388 persen.

"Meskipun kalau melihat angka-angka baik saya terus menyampaikan tetap kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada, karena ke depan kompetisi global itu semakin kompleks, semakin tidak jelas arahnya ke mana," jelasnya.

Menurut Jokowi, kondisi ketidakjelasan ekonomi dan geopolitik dunia ini juga dibahas di berbagai pertemuan, seperti G20, G7, maupun di ASEAN.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement