REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Alan Shearer menegaskan sangat puas dengan karier sepak bolanya. Ini terkait keputusannya menolak Manchester United dan memilih melegenda di Newcastle United.
Mengapa Sheares kembali menyinggung hal ini? Semua bermula dari pertanyaan Gary Lineker. Dua sosok tersebut aktif sebagai pundit di berbagai media, termasuk BBC.
Mereka bertugas di partai Blackburn Rovers kontra Newcastle pada putaran kelima Piala FA. Duel di Ewood Park, Blackburn, Rabu (28/2/2024) dini hari WIB, berkesudahan imbang 1-1. The Magpies menang 4-3 di sesi adu penalti.
Kick off partai ini mengalami penundaan sekitar 15 menit. Ada jeda antara sesama komentator untuk membahas hal lain di luar teknis pertandingan. Entah mengapa Lineker memiliki ide mengorek masa lalu Shearer.
Sebelumnya, pada 1992-1996, Shearer menjadi mesin gol di Blackburn. Ia sampai membawa the Riversides menjuarai Liga Primer Inggris pada musim 1994/95. Pantas saja jika ia menjadi rebutan tim-tim lain.
"Orang-orang sering berkata 'mengapa anda tidak pergi ke Manchester United, anda akan memenangkan gelar di sana'. Anda sudah sering mengatakan kepada kami, anda tidak akan mengubah hal itu," kata Lineker, berisi kalimat yang membutuhkan konfirmasi dari rekannya, dikutip dari Mirror.
"Saya tidak terlalu peduli apakah orang percaya atau tidak. Saya beri tahu anda bagaimana keadaannya, jika saya harus mengambil keputusan yang sama lagi sekarang, saya akan melakukan hal yang sama lagi.
"Saya menjalani 10 tahun yang luar biasa di sana, itu adalah klub saya, pahlawan saya adalah Kevin Keegan, saya biasa pergi dan menontonnya. Jadi pergi dan mencetak gol di St James’ Park adalah impian saya, jadi untuk memiliki rekor, patung di sana, dan memiliki semua yang saya miliki di Newcastle, saya tidak akan menukarnya dengan apa pun dunia," ujar Shearer, menjawab dengan lugas.
Terungkap fakta, ia sempat menjalin komunikasi dengan pelatih MU saat itu, Sir Alex Ferguson. Tetapi Keegan berhasil membujuknya untuk lebih memilih Newcastle. Dalam buka yang berjudul 'In A Will to Win', Ferguson turut menceritakan kisah ini.
Juru taktik asal Skotlandia itu mengakui dirinya marah dan muak. Itu karena ia kehilangan striker yang baru saja mencetak 112 gol dalam 138 pertandingan di Liga Primer bersama Blackburn.