Rabu 28 Feb 2024 18:42 WIB

Produsen Curhat, Ternyata Sulit Pasok Beras Premium ke Ritel Modern

Para produsen beras menyebut HET saat ini tidak sesuai dengan biaya produksi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengunjung memilah beras SPHP di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (9/10/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung memilah beras SPHP di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (9/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Hilman Pujana, membeberkan kesulitan beras premium masuk ke pasar ritel modern. Hilman mengatakan, para produsen beras premium menyebut patokan harga eceran tertinggi (HET) menjadi penyebab utamanya. 

"Tadi ada beberapa (produsen beras), curhat lah kenapa mereka agak kesulitan untuk memasok karena ada hambatan ini terkait dengan harga eceran tertinggi," ujar Hilman usai Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Gejolak Harga Pangan Terutama Beras: Penyebab, Dampak dan Solusi' di kantor KPPU, Jakarta, Rabu (28/2/2024).

Baca Juga

Hilman mengatakan, para produsen beras menyebut HET saat ini tidak sesuai dengan biaya produksi yang mengalami peningkatan. Dengan demikian, harga jual beras premium lebih tinggi daripada HET yang ditetapkan pemerintah. 

"Jadi mereka tidak bisa suplai ke supermarket karena tidak masuk harga bahan gabahnya untuk mereka produksi sudah di atas Rp 7.000 (per kg), jadi tentunya dengan produksi segala macam nanti akan sampai di retail tidak bakal masuk dan pasti akan di atas HET," ucap Hilman. 

Kepada KPPU, lanjut Hilman, produsen beras premium berharap adanya intervensi pemerintah melalui penyesuaian HET beras premium di pasar ritel moderen. Hilman mengatakan Badan Pangan Nasional (Bapanas) akan melakukan kajian ulang HET beras agar bisa kembali membanjiri pasar ritel modern. 

"Ini khusus yang premium, yang pasar modern, seperti tadi yang disampaikan di dalam FGD seperti itu, mereka harapannya ada penyesuaian di HET," sebut Hilman. 

Hilman menambahkan persoalan kelangkaan sejatinya tidak terjadi di pasar tradisional. Berdasarkan data KPPU, lanjut Hilman, stok beras di pasar tradisional masih mencukupi.

"Kalau berdasarkan tadi informasi yang  yang dikumpulkan di pasar tradisional masih tersedia stok, meskipun harganya memang mahal," kata Hilman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement