Kamis 29 Feb 2024 08:51 WIB

Doa Bersama di Kedutaan Israel untuk Aaron Bushnell

Siapa pun yang memiliki akses ke internet kini sedang menyaksikan genosida.

Gambar Aaron Bushnell dengan lilin dan bunga terlihat saat acara peringatan untuk menghormatinya di luar Kantor Perekrutan Angkatan Darat di Times Square di New York, New York, AS, (27/2/2024).
Foto: EPA-EFE/SARAH YENESEL
Gambar Aaron Bushnell dengan lilin dan bunga terlihat saat acara peringatan untuk menghormatinya di luar Kantor Perekrutan Angkatan Darat di Times Square di New York, New York, AS, (27/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ratusan orang mendatangi kedutaan besar Israel di Washington, DC pada Senin (25/2/2024) malam waktu setempat untuk berdoa bersama bagi Aaron Bushnell, tentara Amerika Serikat (AS) yang meninggal dunia setelah membakar diri memprotes perang Israel di Gaza.

Banyak orang berharap kematian Bushnell, (25), seorang perwira aktif Angkatan Udara AS, dapat mengubah dukungan tak tergoyahkan Presiden AS Joe Biden terhadap perang itu. Leah, seorang Amerika-Palestina yang menolak memberikan nama belakangnya, mengatakan kepada Anadolu bahwa penting baginya untuk mengikuti acara berkabung itu "untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan dengan mereka yang melakukan tindakan perlawanan ekstrem sebagai bentuk solidaritas dan dukungan mereka terhadap Palestina dan rakyat kami.”

Baca Juga

Ketika ditanya mengenai apakan kematian Bushnell dapat mengubah arah perang, dia menjawab, "itulah harapannya." Bushnell membakar dirinya di depan Kedutaan Besar Israel pada Minggu sore memprotes perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung dan dukungan AS terhadap serangan tersebut.

Dia dibawa ke rumah sakit tetapi meninggal karena luka yang dideritanya. “Saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida. Saya akan melakukan aksi protes ekstrem, namun jika dibandingkan dengan apa yang dialami rakyat Palestina di tangan penjajah, aksi tersebut tidak ekstrem sama sekali. Ini adalah apa yang diputuskan oleh kelas penguasa kita sebagai hal yang normal,” kata Bushnell dalam rekaman video yang menjadi viral di media sosial.

Bushnell berulang kali terdengar berteriak "Bebaskan Palestina!" saat api menelannya sebelum dia jatuh ke tanah. Seorang petugas Dinas Rahasia memperkirakan bahwa "pada puncaknya", acara berkabung atas kematiannya menarik lebih dari 300 orang. Pertemuan tersebut berlangsung selama lebih dari tiga jam dengan rata-rata lebih dari 100 orang hadir pada suatu waktu.

Josephine Guilbeau, mantan perwira intelijen Angkatan Darat, mengatakan, bahwa dia terbang dari Ohio untuk mengikuti acara berkabung tersebut, karena dia yakin kematian Bushnell tidak akan sia-sia. "Pesannya perlu disampaikan. Dan kami perlu memastikan bahwa mendukung yang lainnya yang seperti Aaron, yang memiliki perasaan yang sama, karena bagaimana kita harus menghadapi genosida?" dia bertanya secara retoris.

“Kami belum pernah melihat hal ini sebelumnya dalam hidup kami, dan pemerintah kami hanya berharap rakyat Amerika akan menyaksikan kejadian ini selama lima bulan, tanpa mendapatkan masalah mental apa pun. Namun, tentu saja, ada masalah mental secara menyeluruh. Siapa pun yang memiliki akses ke internet sedang menyaksikan genosida yang terjadi di zaman modern ini," tambah Guilbeau.

Jenny Rosemary, 22, warga Annandale, Virginia, mengatakan protes nekad Bushnell adalah tindakan ekstrem, tetapi merupakan tindakan moralitas. “Saya pikir kita semua harus berharap untuk menjadi seberani itu,” kata Rosemary. “Saya pikir untuk mencapai titik ini, ada banyak ketidaktahuan atas nama pemerintah AS. Mereka tidak mungkin melewatkan semua video penderitaan dan kematian orang-orang, Anda tahu, tapi saya ingin berpikir jika salah satu dari mereka, Anda tahu, seseorang yang bertugas di militer, hal itu diharapkan akan mengubah sesuatu."

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement