Kamis 29 Feb 2024 09:58 WIB

Mengemas Kegiatan Spiritual dan Keagamaan Sebagai Magnet Wisata

Upaya pelestarian melalui aktivitas spiritual mendorong pengembangan pariwisata.

Red: Setyanavidita livicansera
Pengunjung berjalan di lorong pameran instalasi payung Chatra saat Borobudur Tridaya Festival 2023 di lapangan Ringinputih, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (23/12/2023). Borobudur Tridaya Festival 2023 diprakarsai pemuda dari 20 desa di kecamatan Borobudur dengan menggelar pentas seni tradisonal, pameran instalasi candi Borobudur berbahan kain batik dan instalasi 1.980 payung Chatra yang bertujuan untuk mengangkat kearifan lokal menjadi daya tarik wisata.
Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Pengunjung berjalan di lorong pameran instalasi payung Chatra saat Borobudur Tridaya Festival 2023 di lapangan Ringinputih, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (23/12/2023). Borobudur Tridaya Festival 2023 diprakarsai pemuda dari 20 desa di kecamatan Borobudur dengan menggelar pentas seni tradisonal, pameran instalasi candi Borobudur berbahan kain batik dan instalasi 1.980 payung Chatra yang bertujuan untuk mengangkat kearifan lokal menjadi daya tarik wisata.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko mengemas berbagai kegiatan spiritual dan keagamaan yang dilaksanakan di kawasan taman wisata sebagai daya tarik bagi wisatawan atau pengunjung. "TWC berkomitmen untuk terus mengembangkan perayaan spiritual maupun keagamaan yang dilaksanakan di Taman Wisata Candi Prambanan sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan," kata General Manager (GM) Prambanan & Ratu Boko PT TWC I Gusti Putu Ngurah Sedana di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis, (29/2/2024).

Menurut dia, kawasan TWC Prambanan selama ini selalu digunakan sebagai tempat untuk upacara Tawur Agung menjelang Hari Raya Nyepi umat Hindu, dan sejak beberapa tahun lalu kawasan ini juga digunakan untuk prosesi hari raya Galungan.

Baca Juga

"Tawur Agung dan Galungan merupakan prosesi nasional dan diikuti oleh umat Hindu dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini selaras dengan upaya pelestarian melalui menggaungkan aktivitas spiritual di destinasi Warisan Budaya Dunia Prambanan," katanya.

Ia mengatakan, upaya pelestarian melalui aktivitas spiritual seperti perayaan Galungan ini mendorong pengembangan pariwisata berkualitas. "Seperti pada prosesi Galungan yang dilaksanakan di TWC Prambanan pada Rabu (28/2/2024). Ritual yang berjalan khidmat dan sakral, menghadirkan pengalaman otentik serta pengalaman berkesan untuk umat yang hadir. Candi Prambanan merupakan warisan leluhur untuk mengembalikan fungsi candi Hindu sebagai warisan leluhur umat Hindu di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah," katanya.

Putu Ngurah mengatakan, umat Hindu melaksanakan persembahyangan hari suci Galungan di pelataran Candi Prambanan melalui prosesi yang difokuskan pada pembersihan candi melalui sarana sesaji serta tirta penglukatan. "Setelah itu, para pemangku menghaturkan sesaji di bilik candi, serta dilanjutkan dengan persembahyangan bersama," katanya.

Perayaan Galungan yang ketiga kali di kawasan candi Hindu terbesar di Indonesia ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap upaya pemanfaatan yang sesuai kaidah pelestarian cagar budaya dan selaras dengan Nota Kesepakatan Empat Menteri dan dua Gubernur tentang Pemanfaatan Candi Prambanan dan Candi Borobudur untuk Kepentingan Agama Umat Hindu dan Umat Buddha di seluruh dunia.

Ia mengatakan, perayaan Galungan di Candi Prambanan ini terlaksana berkat kolaborasi antara Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Hindu Kementerian Agama RI dengan Tim Kerja Pemanfaatan Candi Prambanan, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Bimas Hindu Kanwil Kemenag DI Yogyakarta, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

"Kegiatan ini diikuti ratusan umat Hindu yang berasal dari berbagai daerah meliputi, Gunungkidul, Yogyakarta, Sleman, Bantul, Klaten, dan Boyolali. Momen memperingati terciptanya alam semesta serta ucapan syukur atas apa yang sudah diberikan Sang Hyang Widhi Wasa dilakukan dengan menghaturkan persembahan dan persembahyangan dari zona utama Candi Prambanan," katanya.

Seremoni perayaan Galungan ini mengajak umat untuk bersyukur atas kemenangan Dharma (kebenaran) dalam melawan Adharma (kejahatan) melalui restu Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). "Momentum Galungan juga menggerakkan umat menjalani hidup yang terbaik, baik bagi sesama manusia maupun bagi alam semesta," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement