Kamis 29 Feb 2024 14:07 WIB

Menteri BUMN: Perusahaan Pupuk Harus Terintegrasi dengan Industri Petrokimia

Pembangunan pabrik KAN ini menggunakan TKDN lebih dari 93,55 persen.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Lida Puspaningtyas
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Erick Thohir dan jajaran meresmikan pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur pada Kamis (29/2/2024).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Erick Thohir dan jajaran meresmikan pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur pada Kamis (29/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan perusahaan pupuk ke depannya harus terintegrasi dengan industri petrokimia. Upaya sinergi ini diharapkan memberikan nilai manfaat yang besar bagi negara.

"Ke depan  perusahaan pupuk ini harus menjadi sebuah perusahaan terintegrasi Petrochemical. Tentu bagaimana juga kita mensinergikan untuk menjadi Petrochemical ini bersama sama juga sejalan dengn Pertamina. Karena memang nanti akan menjadi ketemu titiknya bagaimana nanti downstream daripada petrochemical ini bisa dirasakan secara menyeluruh untuk bangsa dan negara," ujar Erick usai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam peresmian Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2/2024).

Baca Juga

Dalam sambutannya, Erick menyebut beroperasinya pabrik KAN menjadi bukti BUMN terus mendukung upaya hilirisasi. Selain itu, pabrik pupuk Indonesia saat ini merupakan salah satu terbesar di dunia.

"Kalau di pupuk ini terbalik, hilirnya sudah jadi. Nah terbukti kita merupakan salah satu perusahaan pupuk terbesar di dunia. Yang kemaren di awali rangking 9 terbesar di dunia sekarang kita naik menjadi peringkat 6 terbesar di dunia," ujarnya.

Ia pun meyakini kehadiran PT KAN yang menghasilkan produksi 75 ribu ton amonium nitrat ini mampu mengurangi ketergantungan impor amonium nitrat yang saat ini masih di angka 21 persen. Total kebutuhan amonium nitrat Indonesia saat ini sebanyak 580 ribu ton, sedangkan produksi dalam negeri sekitar 300 ribu.

"Kurang lebih tinggal 21 persen yang impor dimana 79 persen sudah produksi dalam negeri dari total 560 ribu itu memang kurang lebih sekarang di dalam negeri sudah memproduksi hampir 300 ribu lebih dan sisanya masih impor," ujarnya.

"Nah dengan pabrik ini bisa memproduksi 75 (ribu) tentu bisa mengurangi yang 21 persen. Belum lagi nanti turunan dari asam nitrat yang juga bisa dikembangkan untuk juga industri pertahanan dan juga tentu industri pupuk itu sendiri," ujarnya.

Pabrik KAN dibangun sinergi BUMN antara Pupuk Kaltim dan PT Dahana dengan total investasi Rp 1,2 triliun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pupuk dan peledak Indonesia saat ini masih defisit dan mengandalkan impor. Pembangunan pabrik KAN ini menggunakan TKDN lebih dari 93,55 persen dengan kapasitas produksi dari pabrik ini sebesar 75 ribu untuk amonium nitrat dan 60 ribu untuk asam nitrat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement