Kamis 29 Feb 2024 15:28 WIB

Harga Beras, Cabai, dan Telur Naik, Ini Proyeksi Inflasi dari Ekonom

Inflasi inti pada Februari 2024 diperkirakan berkisar 1,7 persen (yoy).

Red: Ahmad Fikri Noor
Antrean warga saat Operasi Pasar Beras Medium di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Antrean warga saat Operasi Pasar Beras Medium di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ekonom memperkirakan, inflasi Indonesia pada Februari 2024 mencapai 0,24 persen secara month to month (mtm) serta 2,62 persen secara year on year (yoy). Angka itu meningkat dari Januari yang tercatat 0,04 persen (mtm) atau 2,57 persen (yoy).

"Inflasi bulan Februari didorong oleh inflasi inti dan inflasi harga bergejolak," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Baca Juga

Josua mengatakan, inflasi inti pada Februari 2024 diperkirakan berkisar 1,7 persen (yoy), naik dari bulan sebelumnya 1,68 persen (yoy). Sementara itu, kenaikan inflasi harga bergejolak dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan kebutuhan pokok seperti beras yang meningkat 3,8 persen (mtm); cabai merah naik 11,3 persen (mtm); telur meningkat 1,7 persen (mtm); daging ayam naik 0,7 persen (mtm) dan minyak goreng meningkat 0,6 persen (mtm).

Sebagian komoditas pangan terutama beras masih dipengaruhi oleh fenomena El Nino, yang menurunkan pasokan pangan dalam negeri selama periode akhir menjelang musim panen. Ia menuturkan impor juga agak terhambat dari beberapa negara produsen beras yang menerapkan pembatasan ekspor makanan. Selain itu, cuaca ekstrem mengganggu jalur distribusi pangan.

Inflasi inti yang cenderung stabil mengindikasikan ekspektasi inflasi terjangkar dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) saat ini. Ke depan, inflasi umum pada akhir 2024 diproyeksikan akan berkisar 3,0-3,5 persen (yoy).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pemerintah memastikan ketersediaan dan kelancaran distribusi pasokan beras untuk menekan kenaikan harga beras dan mengendalikan inflasi.

"Untuk beras, cabai, bawang merah, bawang putih itu tentu saja khususnya beras kita memastikan ketersediaan pasokan dan distribusinya, itu yang tugasnya Badan Pangan Nasional sama Bulog," kata Perry.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas beras mengalami inflasi sebesar 0,64 persen pada Januari 2024, dengan andil terhadap inflasi utama sebesar 0,03 persen. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kurangnya pasokan di sejumlah wilayah, terutama akibat faktor cuaca dan rusaknya beberapa akses jalan. Hal itu membuat distribusi beberapa komoditas pangan menjadi terhambat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement