REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada waktu tengah malam, Abbad menunaikan sholat sunnah. Namun ternyata dibelakang Abbad sudah ada suami wanita yang menjadi korban tersebut, bersiap menyerang Abbad menggunakan panah tepat mengenai tubuh Abbad.
Hingga 3 kali panah itu menusuk Abbad, tapi ia tidak membatalkan solatnya hingga selesai. Karena ia sudah berjanji akan melindungi Rasulullah. Sehingga tanpa disadari, Abbad telah menjadi benteng hidup Nabi Muhammad dari dendam pria itu.
Setelah itu, Abbad menjadi salah satu sahabat Nabi yang selalu ikut Nabi melakukan peperangan tanpa terlewat satupun. Hingga dalam satu malam, Usaid ibn Hudhair dan Abbad ibn Bisyr sedang menemani Rasulullah. Namun mereka pergi meninggalkan Rasulullah keluar dengan menulusuri jalanan yang gelap tanpa penerangan.
Ajaibnya, saat mereka berdua berusaha berjalan dalam kegelapan, tongkat yang digenggam oleh keduanya memunculkan cahaya terang sehingga memudahkan mereka dalam perjalanan.
Karamah
Sebelum terjadi Perang Yamamah, Abad mengaku sempat bermimpi melihat langit yang terbuka lebar dihadapannya, tapi tidak lama kemudian langit itupun tertutup lagi. Dan Abbad berpikir bahwa itu adalah bentuk dari kesyahidan. Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri.
Hingga tiba pada saat Abbad bersama dengan sahabat-sahabatnya dalam pasukan Khalid ibn al-Walid untuk memerangi Musailamah al-Kazzab, Abbad terbunuh dan wafat dalam keadaan syahid.
Itulah yang menjadi mimpi Abbad, dan atas perilakunya yang mulia semasa hidup.
Semasa hidupnya, Abbad rajin beribadah. Ia mempunyai jadwal kegiatannya sehari-hari dengan sangat tertib. Mulai dari siang, ia sibuk berjihad dengan berperangan melawan kaum-kaum Kafir.
Sedangkan, jika waktu malam sudah tiba, Abbad menghabiskan waktu dengan ibadah membaca Alquran, menunaikan solat sunnah, dan berdzikir kepada Allah SWT.
Dengan demikian, Abbad dikenal dengan sosok yang rajin beribadah dan dermawan yang rela mengorbankan segala sesuatu yang ia miliki.