REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Emil Muhamad menyampaikan pelaku pasar mulai mengalihkan perhatian ke pasar obligasi setelah ketidakpastian pemilihan umum (pemilu) berkurang. Selain itu, lanjutnya, proyeksi penurunan suku bunga acuan akan memberikan sentimen positif dari domestik untuk pasar obligasi pada tahun ini.
“Kami meyakini tahun 2024 akan menjadi tahun penurunan suku bunga yang akan berdampak pada kenaikan attractiveness dan potensi kenaikan pasar obligasi. Meski hal itu masih belum akan terlihat di kuartal I 2024, karena The Fed diperkirakan baru akan memulai pemangkasan suku bunganya pada Juli," ujar Emil di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Emil memperkirakan pasar obligasi akan semakin menarik setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan BI-Rate di level 6 persen. Ia meyakini BI akan memangkas suku bunga acuan pada Juli 2024, setelah The Fed diperkirakan memulai program rate cut-nya pada Juli 2024 mendatang.
Menurutnya, hal itu berdasarkan proyeksi terbaru The Fed yang menyatakan akan menurunkan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali selama 2024, atau lebih sedikit dari proyeksi pasar yang sempat mencapai enam sampai tujuh kali penurunan.
Selain itu, lanjutnya, potensi obligasi juga didorong oleh sentimen surplus neraca perdagangan Indonesia selama 45 bulan berturut-turut, yang merupakan rekor terpanjang pasca reformasi.
Kemudian, selama kuartal I 2024, berbagai belanja pemerintah dan masyarakat akan ditopang gelontoran dana perlindungan sosial, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), serta kenaikan UMR.
Dari sisi swasta, lanjutnya, respon positif pelaku bisnis atas pelaksanaan Pemilu satu putaran akan mendorong pelaku bisnis untuk melakukan penghitungan kebutuhan pendanaan untuk bisnis mereka, yang berpotensi meningkatkan penerbitan obligasi korporasi.
"Jumlah penerbitan obligasi korporasi di 2024 diprediksi akan meningkat dibanding 2023 lalu," ujar Emil.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), emisi obligasi korporasi dan sukuk sepanjang 2023 sebanyak 107 emisi dari 57 perusahaan dengan nilai Rp 117,80 triliun.
Sementara itu, pemerintah melakukan penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN Ritel senilai Rp 147,42 triliun selama 2023, dari penerbitan tujuh seri SBN ritel yang ditawarkan pemerintah yakni SBR012, SR018, ST010, ORI023, SR019, ORI024, dan ST011.