REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina jumlah korban tewas dalam serangan Israel ke Gaza menjadi 30.500 orang. Angka ini termasuk 104 orang yang tewas ditembak tentara Israel saat mereka sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Bundaran Nabulsi, dekat Kota Gaza pada Kamis (29/2/2024).
Serangan udara, laut, dan darat Israel juga mengubah Gaza menjadi puing-puing. Sebagian besar dari 2,3 juta populasinya terpaksa mengungsi, banyak yang harus mengungsi berkali-kali.
Bantuan ke utara Gaza jarang terjadi dan kerap berlangsung kacau. Bantuan harus melewati zona militer aktif. Namun, PBB mengatakan di daerah itu banyak orang yang kelaparan, video-video memperlihatkan warga putus asa mengelilingi truk-truk pasokan.
PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya mengeluh Israel menghalangi upaya mereka mengirimkan bantuan kemanusiaan ke bagian utara Gaza serta membatasi pergerakan dan komunikasi. Direktur komunikasi lembaga bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Juliette Touma mengatakan, rata-rata truk bantuan masuk ke Gaza turun 50 persen.
"Jam berdetak cepat menuju kelaparan, kelaparan parah dan beberapa kasus kelaparan akut," katanya, Kamis (29/2/2024). Israel membantah menghalangi bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza. Mereka menyalahkan PBB atas kegagalan pengiriman pasokan bantuan.
Pada Rabu (28/2/2034) Israel mengatakan konvoi 31 truk bergerak ke Gaza utara pada Selasa (27/2/2024) malam dan PBB bertanggung jawab atas pendistribusiannya. Badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan tidak ada badan PBB yang terlibat dalam konvoi bantuan tersebut. Para pejabat dari UNRWA mengatakan pengiriman juga terhambat oleh penolakan polisi berseragam di Gaza untuk memberikan keamanan bagi konvoi tersebut setelah beberapa orang terbunuh dalam serangan Israel.