REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengonfirmasi akan memberlakukan larangan enam bulan ekspor bensin mulai 1 Maret. Langkah ini dilakukan untuk menjaga harga tetap stabil.
"Keputusan ini diambil bertujuan untuk menjaga situasi stabil di pasar bahan bakar selama masa naiknya permintaan yang terkait dengan pekerjaan lapangan di musim semi, musim liburan dan jadwal perbaikan kilang minyak," kata pemerintah Rusia di aplikasi kirim-pesan di Telegram seperti dikutip dari Alarabiya, Jumat (1/3/2024).
Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia.
Juru bicara Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, pejabat yang ditunjuk Presiden Vladimir Putin untuk menangani sektor energi Rusia, mengkonfirmasi larangan ekspor tersebut akan diterapkan.
Harga bensin di dalam negeri sensitif bagi pengendara dan petani di negara eksportir gandum terbesar di dunia. Terutama menjelang pemilihan presiden yang akan digelar pada 15 sampai 17 Maret. Sementara beberapa kilang minyak Rusia dihantam serangan drone Ukraina beberapa bulan terakhir.
Rusia dan Ukraina saling menyerang infrastruktur energi untuk mengganggu pasokan energi dan logistik lawan masing-masing. Strategi yang juga dilakukan untuk menurunkan moral lawan mereka dalam perang yang sudah berlangsung selama dua tahun dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Minyak, produk minyak dan gas merupakan ekspor terbesar Rusia dan sumber pendapatan mata uang asing terbesar perekonomian senilai 1,9 triliun dolar AS itu. Ekspor energi juga menempatkan Rusia posisi teratas dalam politik energi global.
Rusia sudah dengan sukarela memangkas ekspor minyak dan bahan bakar menjadi 500 ribu barel per hari pada kuartal pertama tahun ini sebagai bagian dari upaya OPEC+ untuk mendukung harga.