REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan komitmennya dalam mengembangkan industri petrokimia di Indonesia melalui kehadiran Pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di Indonesia. Pabrik yang berlokasi di kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE) di Bontang, Kalimantan Timur ini merupakan proyek hasil kerjasama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), anak perusahaan Pupuk Indonesia dengan PT Dahana Investama Corp. (PT DIC), yang merupakan anak perusahaan PT Dahana.
Pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi amonium nitrat nasional tetapi juga mendukung program hilirisasi industri pemerintah. Langkah ini merupakan bagian dari visi Pupuk Indonesia untuk mendorong inovasi guna menjadi pemain global dalam industri pupuk dan petrokimia.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menyampaikan beroperasinya pabrik amonium nitrat ini tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin tinggi, tetapi juga membuktikan komitmen sinergi BUMN dalam mendukung hilirisasi industri dalam meningkatkan nilai tambah produk, mengurangi ketergantungan terhadap impor, hingga melindungi lingkungan, karena amonium nitrat ini memanfaatkan ekses produksi amonia di PKT.
“Pada pengembangan produksi amonium nitrat, ekses dari produksi amonia PKT akan dialihfungsikan menjadi bahan baku untuk memproduksi amonium nitrat di pabrik ini. Menggunakan bahan baku dari Pupuk Kaltim, pabrik ini menghasilkan amonium nitrat produksi dalam negeri dengan TKDN lebih dari 93,55 persen. Dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular, BUMN memiliki kesempatan besar untuk mengoptimalkan potensi dari gas alam yang tidak terbarukan menjadi sumber daya yang bernilai tambah. Kami harapkan, penerapan praktik ekonomi sirkular ini akan membantu dalam memanfaatkan sumber daya yang tidak terbarukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan ekonomi,” jelas Rahmad.
Saat beroperasi penuh, pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 75 ribu metrik ton amonium nitrat dan 60 ribu metrik ton asam nitrat per tahun. Dengan jumlah kapasitas tersebut, pabrik ini diharapkan dapat memenuhi sebagian total kebutuhan amonium nitrat dalam negeri yang diperkirakan mencapai 580 ribu ton pada 2024. Dengan demikian, pabrik ini dapat mengurangi kebutuhan impor amonium nitrat nasional, dari sebelumnya 21 persen menjadi delapan persen atau sama dengan menghemat devisa negara sampai dengan 52,5 persen juta per tahun.
Selain sebagai bahan baku peledak, amonium nitrat juga merupakan salah satu bahan baku pupuk, khususnya NPK berbasis nitrat. Dimana saat ini Indonesia masih belum memiliki fasilitas produksi NPK nitrat, sehingga kebutuhannya didatangkan dari Rusia dan Norwegia. Dengan demikian, pengembangan amonium nitrat di PKT ini dapat mengurangi ketergantungan impor. Pupuk NPK nitrat sangat penting dalam pertanian pangan, buah, perkebunan, dan hortikultura. Sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pemenuhan kebutuhan pupuk nasional.
Kedepan, lanjut Rahmad, Pupuk Indonesia akan terus memperkuat industri pupuk dan petrokimia nasional. Selain amonium nitrat, Pupuk Indonesia juga tengah mengembangkan hilirisasi produk petrokimia lainnya seperti soda ash dan metanol. Secara jangka panjang, Pupuk Indonesia bersama sejumlah mitra strategis juga tengah mengkaji pengembangan industri ramah lingkungan melalui hidrogen dan amonia hijau, hingga Green Industry Cluster.
Pabrik Kaltim Amonium Nitrat diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Presiden menyambut baik dan mengapresiasi dimulainya operasi pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) ini, yang salah satunya akan menambah bahan baku pembuatan pupuk di tanah air.
“Pembangunan amonium nitrat ini menjadi penting, karena sebesar 21 persen amonium nitrat yang kita miliki masih impor. Dengan dibangunnya Pabrik Kaltim Amonium Nitrat ini akan mengurangi delapan persen dari yang kita miliki. Setelah pabrik ini selesai juga kedepan dapat menambah bahan baku pembuatan pupuk di tanah air, utamanya NPK. Kami juga berharap kemandirian dan produktivitas dalam sektor pangan akan lebih mandiri,” ujar Presiden saat meresmikan pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur, pada Kamis, (29/3/2024).
Di sisi lain, kemandirian dalam produksi amonium nitrat di dalam negeri yang dimiliki oleh BUMN, memiliki dampak langsung pada peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada produk yang dihasilkan. Dengan menyerap tenaga kerja terutama untuk operasional, pabrik ini memberikan tambahan pendapatan daerah, hingga kesempatan kerja bagi masyarakat setempat yang nantinya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Menteri BUMN Erick Thohir yang juga hadir pada peresmian ini mengatakan, saat ini, Pupuk Indonesia sudah menjadi salah satu perusahaan pupuk terbesar di dunia. Ke depan, perusahaan pupuk harus menjadi sebuah perusahaan terintegrasi petrokimia.
"Tentu bagaimana kita juga mensinergikan untuk menjadi petrochemical ini bersama-sama sejalan dengan Pertamina, karena memang nanti akan ketemu titiknya, bagaimana nanti downstream dari petrochemical ini bisa dirasakan secara menyeluruh untuk bangsa dan negara," ujarnya.