Jumat 01 Mar 2024 23:43 WIB

Simposium Internasional Kenalkan Solusi Bangunan Berkelanjutan Mitigasi Perubahan Iklim

Arsitektur UPI dan BeCool gelar simposium tentang Bangunan Berkelanjutan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Program Studi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan BeCool Indonesia dan Tatalogam Group untuk menggelar simposium dan lokakarya internasional Bangunan Berkelanjutan
Foto: ABC News
Program Studi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan BeCool Indonesia dan Tatalogam Group untuk menggelar simposium dan lokakarya internasional Bangunan Berkelanjutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkungan binaan atau built environment, yang ditandai dengan dominasi struktur buatan manusia, memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Namun, lingkungan ini juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti konsumsi energi yang tinggi, emisi gas rumah kaca, limbah, dan degradasi sumber daya alam.

Menurut data dari Program Lingkungan PBB (UNEP), sekitar 40 persen konsumsi energi dan sekitar 30 persen emisi gas rumah kaca disebabkan oleh lingkungan binaan. Untuk mengatasi hal ini, Program Studi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan BeCool Indonesia dan Tatalogam Group untuk menggelar simposium dan lokakarya internasional tentang Bangunan Berkelanjutan, Kota, dan Komunitas (SBCC) 2024.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan platform bagi para ahli dan praktisi di bidang bangunan untuk berbagi ide, penelitian, dan studi tentang cara melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Pada acara yang digelar pada 27-28 Februari 2024, peserta dan narasumber mancanegara diajak untuk melihat langsung proyek percontohan lingkungan binaan.

Salah satu contoh proyek tersebut adalah Kampung BeCool, sebuah lingkungan binaan yang dibangun berbasis Corporate Social Responsibility (CSR) oleh BeCool Indonesia dan Tatalogam Group. Di kampung ini, 20 rumah genting telah dicat dengan cairan BeCool yang dapat membantu memperbaiki iklim mikro di sekitarnya. Selain itu, terdapat juga 3 rumah contoh yang menggunakan desain pasif reflektif surya untuk mengurangi dampak urban heat island.

Menanggapi hal ini, Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan (SSPP) Kementerian PUPR, Edward Abdurrahman, menjelaskan bahwa kebijakan perumahan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2022-2024 berfokus pada peningkatan akses masyarakat terhadap rumah yang memadai, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan desain yang ramah lingkungan.

Di sisi lain, Beta Paramita, pendiri BeCool Indonesia dan peneliti dari UPI, menggarisbawahi bahwa untuk mencapai pembangunan berkelanjutan diperlukan inovasi baru yang lebih ramah lingkungan dalam konstruksi bangunan. Salah satu solusi yang diusulkan adalah penggunaan baja ringan, yang memiliki banyak kelebihan termasuk dapat didaur ulang, tahan terhadap suhu tinggi, dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah.

Penggunaan baja ringan ini, bagaimanapun, memerlukan industri berkelanjutan untuk memproduksi baja rendah karbon dan juga perlu dipertimbangkan terkait konduktivitas panasnya dalam bangunan prefabrikasi. Kolaborasi antara BeCool Indonesia dan Tatalogam Group dalam proyek Raflesia diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan tersebut, sehingga dapat memberikan solusi yang ramah lingkungan dalam lingkungan binaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement