REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Usai dilakukan relokasi kurang lebih dua tahun lalu, kondisi puluhan pedagang kaki lima (PKL) Malioboro masih jauh dari ideal. Banyak di antara mereka yang mengeluhkan sepinya pembeli di lokasi baru.
"Kita kemarin sempat bertemu dengan GKR Hemas. Beliau sendiri ngendika (mengatakan-Red) kalau memang lapak di TM2 (Teras Malioboro 2) tidak layak untuk berdagang," ujar Ketua Umum Paguyuban Tridarma, Arif Kusman, di sela-sela aksi 'Refleksi 2 Tahun Relokasi dan Pembagian Bansos' di Halaman Barat Teras Malioboro 2, Kamis (29/2/2024).
Kekecewaan yang dirasakan para PKL juga merupakan buntut pembentukan Forum Komunikasi Teras Malioboro 2 (Forkom TM2) yang tidak melibatkan paguyuban Tridarma.
"Kami sama sekali tidak dilibatkan dalam pembentukan Forkom TM2. Oleh karena itu terkait pembentukan Forkom TM2 kami nyatakan dengan tegas menolak," ujar Arif.
Menurut Arif, sejak awal relokasi, pemerintah sama sekali tidak berbuat apa-apa terkait permasalahan yang dihadapi oleh pedagang.
"Harapan untuk proses ke depannya, ketika mau dipindah maka harus jelas bangunannya seperti apa dan penempatan PKL seperti apa. Jangan sampai kita hanya sekedar dipindah tapi tidak diperhatikan keberlanjutannya," katanya.
Acara tersebut juga diwarnai pembagian bansos tebus murah dari Rp 75 ribu menjadi Rp. 45 ribu dengan mendapatkan dua kilogram beras , satu liter minyak goreng , satu kilogram gula pasir, dan dua mie instan. Bansos dibagikan untuk seluruh PKL TM2, beberapa anak yatim piatu, dan penyandang disabilitas.
Banyak pedagang yang merasa terbantu karena adanya acara tersebut karena meringankan beban mereka akibat harga sembako yang naik. Salah satunya Tri Hastuti yang mengaku pendapatannya jauh berkurang ketimbang dulu.
"Pendapatan kadang Rp 200 ribu-Rp 300 ribu tergantung pengunjung. Kadang pengunjung sampai belakang kadang nggak. Sehari-hari hanya bisa untuk makan, nggak bisa kayak dulu pokoknya," ujar Tri Hastuti.