REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah menyerukan penyelidikan independen dan kredibel terhadap pembunuhan oleh Israel terhadap lebih dari 100 warga sipil Palestina yang menunggu bantuan di Gaza.
“Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) sendiri kemarin mengatakan, bahwa perlu ada penyelidikan yang independen dan kredibel atas apa yang terjadi,” kata juru bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pengarahan, Sabtu (2/3/2024).
Sekjen PBB, menurut Dujarric, mendesak adanya akuntabilitas atas segala sesuatu yang telah terjadi sejak 7 Oktober, pascakelompok Palestina Hamas meluncurkan serangan ke Israel.
Pada Kamis (29/2/2024), pasukan Israel menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan kemanusiaan di bundaran Al Nabulsi di Jalan Al Rashid, sebuah jalan pantai utama di sebelah barat Kota Gaza di Gaza utara. Tragedi itu menyebabkan sedikitnya 112 warga Palestina syahid dan 760 orang terluka.
Militer Israel mengatakan penyelidikan awal menemukan bahwa warga Palestina mendekati pos pemeriksaan militer yang mengawasi masuknya truk bantuan ketika tentara melepaskan tembakan peringatan dan menembak ke kaki warga Palestina yang terus bergerak ke arah pasukan.
Dujarric lebih lanjut menuturkan bahwa tim Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Organisasi Kesehatan Dunia dan staf UNICEF mengunjungi rumah sakit Shifa di Kota Gaza sembari membawa obat-obatan, vaksin, dan bahan bakar untuk membantu memastikan fasilitas medis tetap berfungsi.
Rumah sakit tersebut menerima lebih dari 700 orang, yang terluka saat mencari bantuan untuk menyelamatkan nyawa pada Kamis. Rumah sakit juga telah menerima lebih dari 70 jenazah yang terbunuh.
Setidaknya sebanyak 30.035 warga Palestina telah terbunuh dan 70.457 lainnya terluka sejak kehancuran massal oleh Israel yang diperparah oleh kurangnya bantuan. Israel juga telah memberlakukan blokade yang melumpuhkan di Jalur Gaza dan membuat penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
PBB mencatat Perang Israel telah mendorong 85 populasi Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen dari infrastruktur telah rusak atau dihancurkan.