Senin 04 Mar 2024 12:24 WIB

Pernah Gagal Lewati Laut Merah, Australia Coba Ekspor Lagi Sapi dan Domba ke Israel

Dua bulan lalu, pengapalan gagal sampai tujuan karena ancaman serangan Houthi.

Penggembalaan sapi dengan menggunakan helikopter di Australia.
Foto: abc
Penggembalaan sapi dengan menggunakan helikopter di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Sekitar 14.500 ternak dikapalkan dari Australia ke Israel, Ahad (3/3/2024) untuk kedua kalinya. Ternak dinaikkan ke kapal yang sebelumnya digunakan, MV Bahijah pada akhir pekan dan meninggalkan Pelabuhan Fremantle, Perth pada ahad. 

‘’Sekitar 14 ribu domba dan 500 sapi diangkut menggunakan kapal MV Bahijah dan ternak lainnnya akan diekspor menggunakan sejumlah kapal lainnya dalam beberapa pekan ke depan,’’ kata kelompok peternak, WAFarmers, Geoff Pearson.

Baca Juga

Kementerian Pertanian Australia menyetujui pengapalan domba dan sapi tersebut menuju Israel. ‘’Para eksportir mengapalkan ternak mereka ke Israel tetapi tidak melalui jalur Laut Merah,’’ demikian pernyataan Kementerian Pertanian. 

Tak disebutkan, rute mana yang akan ditempuh MV Bahijah. Rute normal kapal dagang biasanya menuju Terusan Suez yang lebih dulu melewati Laut Merah. Namun karena serangan Houthi, rute dialihkan dari Laut Merah ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Dua bulan lalu, pengapalan gagal sampai tujuan karena ancaman serangan Houthi di Laut Merah dan kapal harus berbalik arah, pulang kembali ke Australia. 

Saat itu, kapal diberangkatkan dari Pelabuhan Fremantle, Perth, Australia pada 5 Januari tetapi di tengah jalan ke Timur Tengah, kapal pengangkut ternak tersebut harus beralih dari rute biasanya,  Laut Merah dan Pemerintah Australia memerintahkannya untuk pulang saja. 

Berputar baliknya kapal pengangkut ternak ke Israel itu, terdampak serangan Houthi di Laut Merah sebagai dukungan perjuangan Palestina melawan tentara Israel. Kondisi di Laut Merah memaksa kapal dagang mengubah rutenya. 

Perubahan rute yang semula biasanya melewati Laut Merah, kemudian mau tak mau harus mengikuti rute Tanjung Harapan, Afriks Selatan yang ditempuh dengan jarak lebih jauh dan waktu lebih lama. Tak hanya itu, biaya yang dibutuhkan juga lebih besar. 

Ternak yang diangkut di dalamnya terombang-ambing selama beberapa pekan. Sejak tiba kembali pada pertengahan Februari 2024 serta ditempatkan di fasilitas-fasilitas di darat, ternak-ternak tersebut harus dikarantina. Ini sesuai undang-undang biosekuriti di Australia. 

Para aktivis dan sejumlah politisi menyatakan perlakuan terhadap ternak tersebut sebagai penyiksaan. Mereka mendesak Pemerintah Australia menghentian ekspor ternak dalam keadaan hidup. Namun industri dan pemerintah mengeklaim ternak dalam kondisi sehat. 

Kementerian Pertanian meninformasikan, pada pertengahan Februari sebanyak empat sapid an 64 domba mati di kapal Bahijah saat hendak berlayar pada 5 Januari. Namun, mereka menegaskan kematian itu di bawah tingkat kematian yang dapat ditoleransi. 

Adangan berat ekspor ternak...

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement