REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, memperkirakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten ‘big banks’ selama pekan ini dapat menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai All Time High (ATH) baru.
Emiten ‘big banks’ yang akan menggelar RUPST, diantaranya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dimana salah satu agendanya akan membahas pembagian dividen tahun buku 2023.
"Ini menjadi katalis positif bagi indeks dan yang ditunggu pelaku pasar mengenai pembagian dividen ‘big banks’. Pasalnya, kenaikan IHSG dalam dua bulan pertama di 2024 ditopang oleh sektor keuangan dan hal ini diprediksi menjadi sentimen positif untuk kembali membuat IHSG naik dan mencetak All Time High (ATH) baru," ujar Dimas di Jakarta, Senin (4/3/2024).
Pada Jumat (1/3/2024) lalu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah melakukan RUPST dan menyepakati pembagian dividen sebesar Rp 235 per saham untuk tahun buku 2023, atau setara 80 persen dividend payout ratio (DPR).
Selain itu, lanjutnya, selama pekan ini akan ada sentimen dari Ketua The Fed Jerome Powell pada Rabu (6/3/2024) dan Kamis (7/3/2024), yang akan menyampaikan pandangannya terkait kondisi ekonomi dan inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) selama sebulan terakhir.
"Pelaku pasar dapat mengantisipasi apa yang akan dilakukan oleh The Fed pada FOMC mendatang melalui pandangan yang disampaikan Powell. Pelaku pasar berharap tingkat inflasi dapat segera terkendali dengan semakin mendekati target 2 persen, sehingga suku bunga acuan dapat segera turun dan berimbas positif bagi indeks saham," ujar Dimas.
Sentimen selanjutnya yaitu data Non-Farm Payroll (NFP) AS periode Februari 2023 yang akan rilis pada Jumat (08/03), yang menggambarkan kondisi ekonomi dan tingkat inflasi di AS.
Konsensus memperkirakan NFP periode Februari 2024 akan terdapat tambahan tenaga kerja sebesar 200 ribu, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 353 ribu penambahan tenaga kerja atau diatas konsensus yang sebesar 180 ribu.
"Bagai pisau bermata dua, ketika data tenaga kerja menunjukkan hal yang positif dengan banyaknya tambahan tenaga kerja berimbas terhadap berputarnya roda ekonomi. D sisi lain, jika tidak dapat dikendalikan dengan baik, bisa membuat tingkat inflasi semakin menjauh dari target yang ditetapkan di 2024 yakni 2 persen," ujar Dimas.