Lalu dari manakah anggota tentara bayaran itu berasal? Jawabnya, ada dua kelompok besar tentara bayaran milik Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila.
Anggota legiun tentara ini mereka beli dari pasar budak yang pada saat itu bayak bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.
Kelompok tentara bayaran kedua, adalah divisi yang anggotanya berasal dari Eropa Sakalaba atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slavia. Bangsa ini memang saat itu bernasib sangat malang.
Sebagai bangsa termiskin di Eropa Timur, mereka akhirnya harus menjadi budak untuk bertahan hidup. Bahkan, kata slav, yang berarti budak awalnya merujuk kepada bangsa ini. Para penguasa Fatimiyah mendapatkan tenaga mereka dengan membelinya dari pasar budak yang berada di sekitar wilayah Italia.
Sebagi tentara bayaran kemampuan bertempur mereka jelas tak perlu diragukan lagi. Baik bangsa Slav maupun Zawila sudah lama terkenal sebagai bangsa yang jago bertempur.
Kekuasaan Faitimiyah ini kemudian memanfaatkan kemampuan mereka untuk menaklukan berbaga wilayah, seperti Sisilia (948 M, Mesir (969 M), dan Sijilmasat serta Fez pada tahun 978 M. Mereka menyerbu tempat itu dengan kekuatan pasukan yang jumlahnya mencapai 100 ribu orang.
Lalu dari manakah anggota tentara bayaran itu berasal? Jawabnya, ada dua kelompok besar tentara bayaran milik Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila.
Anggota legiun tentara ini mereka beli dari pasar budak yang pada saat itu bayak bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.
Kelompok tentara bayaran kedua, adalah divisi yang anggotanya berasal dari Eropa Sakalaba atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slavia. Bangsa ini memang saat itu bernasib sangat malang. Sebagai bangsa termiskin di Eropa Timur, mereka akhirnya harus menjadi budak untuk bertahan hidup.
Bahkan, kata slav, yang berarti budak awalnya merujuk kepada bangsa ini. Para penguasa Fatimiyah mendapatkan tenaga mereka dengan membelinya dari pasar budak yang berada di sekitar wilayah Italia.
Sebagi tentara bayaran kemampuan bertempur mereka jelas tak perlu diragukan lagi. Baik bangsa Slav maupun Zawila sudah lama terkenal sebagai bangsa yang jago bertempur.
Kekuasaan Faitimiyah ini kemudian memanfaatkan kemampuan mereka untuk menaklukan berbaga wilayah, seperti Sisilia (948 M, Mesir (969 M), dan Sijilmasat serta Fez pada tahun 978 M. Mereka menyerbu tempat itu dengan kekuatan pasukan yang jumlahnya mencapai 100 ribu orang.
Namun, selain punya kemampuan tempur yang mumpuni, ternyata beberapa orang diantara para legiun bayaran, banyak mempunyai kemampuan berpikir yang tinggai. Salah seorang diantaranya adalah Jauhar. Dia adalah mantan budak Romawi keturunan Yunani Sisilia.
Ketika menaklukan Mesir, seorang Khalifah Fatimiyah, memerintahkan Jauhar (orang barat memanggilnya Jawhar) membangun kota baru, yang diberi nama Kairo (kini ibukota Mesir moderen).
Batu pertama pembangunan kota itu diletakan sendiri oleh Jauhar. Selain itu, dia kemudian juga berinisiatif membangunan kota Kairo sebagai ibukota baru. Tujuan pendirian ibukota ini adalah untuk menampung administrasi pemerintahan sekaligus menjadikannya sebagai pusat markas militer.
Jauhar juga kemudian mendirikan Masjid Al Azhar yang dimaksudkan pula sebagai pusat dakwah Kekhalifahan Fatimiyah.
Sedangkan, sebagai puncak restasi dari legiun bayaran ini adalah ketika mereka berhasil menguasai pusat Dinasti Abbbasiyah, yakni kota Baghdad pada tahun 1058 M.
Salah satu hasil rampasan perang yang sempat didapatkan sebagai bukti penyerahan diri dari penguasa Baghdad saat itu adalah mendapatkan jubah peninggalan Nabi Muhammad SAW.