Selasa 05 Mar 2024 00:31 WIB

Bawaslu: Sirekap Jadi Catatan Khusus

Bawaslu sebut Sirekap KPU jadi catata khusus dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi.

Saksi dari partai politik memantau surat suara saat mengikuti rapat pleno rekapitulasi penghitungan surat. Bawaslu sebut Sirekap KPU jadi catata khusus dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi.
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Saksi dari partai politik memantau surat suara saat mengikuti rapat pleno rekapitulasi penghitungan surat. Bawaslu sebut Sirekap KPU jadi catata khusus dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Pemilihan Umum menyatakan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) menjadi catatan pada Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat Nasional serta Penetapan Hasil Pemilu 2024 yang membahas rekapitulasi nasional untuk suara luar negeri.

"Misalnya kemarin, ada peristiwa yang kemudian Sirekap-nya sudah dinyatakan 100 persen, tetapi begitu dibacakan D Hasil, beda jumlahnya. Itu dipertanyakan juga di forum," kata Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI Lolly Suhenty di Gedung KPU RI, Jakarta, Senin (4/3/2024).

Baca Juga

Lolly lantas menjelaskan bahwa perbedaan data tersebut kemudian dicermati secara bersama sehingga diketahui terdapat kekeliruan pada Sirekap.

"Ternyata Sirekap-nya keliru karena menulis sudah 100 persen. Padahal, masih ada TPS (tempat pemungutan suara) yang on going process (sedang berjalan), sehingga angkanya menjadi berbeda. Nah, untuk hal-hal semacam ini menjadi catatan khusus dari pertemuan dan kami juga mencermati," ujarnya.

Lolly menekankan bahwa data Sirekap tidak boleh berbeda dengan formulir model D Hasil sehingga data Sirekap harus diperbaiki.

"Ya karena 'kan memang begitu proses rekapitulasi luar negeri berlangsung di KPU RI. Salah satu yang disampaikan oleh para saksi partai adalah soal Sirekap yang tidak akurat sehingga meminta Sirekap tidak lagi digunakan," tuturnya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa dalam proses rekapitulasi pemilu luar negeri lebih berfokus pada hasil rekapitulasi manual berjenjang.

"Kalau teman-teman cermati dalam proses rekapitulasi untuk pemilu luar negeri misalnya, kita tidak menggunakan Sirekap sebagai hal yang kita lihat, tetapi justru yang manual berjenjangnya yang kita lihat," katanya.

Sebelumnya, KPU memulai rekapitulasi nasional untuk suara luar negeri pada Rabu (28/2) dengan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Athena, Yunani, sebagai yang pertama membacakan hasil perolehan suara Pemilu 2024.

Sementara itu, proses rekapitulasi masih berlangsung pada Senin di Gedung KPU RI, Jakarta, dengan pelaporan perolehan suara oleh PPLN Taipei.

Sedangkan proses rekapitulasi di kabupaten/kota berlangsung sejak 17 Februari hingga 5 Maret. Kemudian rekapitulasi provinsi pada 19 Februari sampai 10 Maret dan rekapitulasi nasional mulai 22 Februari hingga 20 Maret.

Pemilu 2024 diikuti 18 partai politik nasional yakni (sesuai dengan nomor urut) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Buruh, dan Partai Gelora Indonesia.

Berikutnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Hanura, Partai Garuda, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Ummat.

Selain itu, terdapat enam partai politik lokal sebagai peserta yakni Partai Nanggroe Aceh, Partai Generasi Atjeh Beusaboh Tha'at dan Taqwa, Partai Darul Aceh, Partai Aceh, Partai Adil Sejahtera Aceh, dan Partai Soliditas Independen Rakyat Aceh.

Selanjutnya, untuk pemilihan presiden dan wakil presiden diikuti tiga pasangan yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.

Seturut Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022, rekapitulasi suara nasional Pemilu 2024 dijadwalkan berlangsung mulai 15 Februari sampai dengan 20 Maret 2024.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement