REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi meluncurkan rentetan Awan Panas Guguran (APG) pada Senin (4/3/2024). Rentetan APG tersebut mengakibatkan hujan abu vulkanik di beberapa wilayah di sekitar Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan hujan abu vulkanik tersebut terpantau di Stasiun Pengawasan Pasar Bubar atau sisi utara Merapi dengan jarak 800 meter dari puncak. "Hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Senin (4/3/2024) malam lalu.
Rentetan APG tersebut terjadi sejak pukul 16.03 WIB hingga 16.32 WIB. BPPTKG merinci bahwa APG pertama yang tercatat pada 16.30 WIB dengan amplitudo maksimal 45 milimeter. APG ini mengarah barat daya dengan jarak luncur 2.600 meter.
APG kedua pada Senin ini tercatat pukul 16.18 WIB dengan amplitudo maksimal 43 milimeter. Estimasi jarak luncur APG kedua ini maksimal 2.300 meter yang mengarah ke barat daya.
Selanjutnya, juga tercatat APG pukul 16.22 WIB dengan amplitudo maksimal 47 milimeter, dengan estimasi jarak luncur maksimal 1.200 meter ke barat daya. Pada pukul 16.24 WIB juga tercatat APG dengan amplitudo maksimal 48 milimeter, dan estimasi jarak luncur 1.600 meter ke barat daya.
APG selanjutnya tercatat pada pukul 16.27 WIB dengan amplitudo maksimum 40 milimeter, dimana estimasi jarak luncur APG ini mencapai 1.200 meter yang mengarah ke barat baya. Pada pukul 16.29 WIB juga tercatat APG dengan amplitudo max 41 milimeter dengan estimasi jarak luncur 1.400 meter ke barat daya.
Sementara, APG yang ketujuh tercatat pada pukul 16.32 WIB dengan amplitudo maksimum 41 milimeter. Estimasi jarak luncur APG tersebut tercatat maksimal 2.300 meter yang mengarah ke barat daya.
Agus juga menyebut bahwa aktivitas erupsi saat ini terhitung masih tinggi. Selama periode tujuh hari ini, guguran lava teramati sebanyak 114 kali ke arah hulu Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter, dan satu kali ke arah hulu Kali Boyong dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter. "Suara guguran terdengar dari Pos Pos Babadan sebanyak dua kali dengan intensitas kecil hingga sedang," ucapnya.
BPPTKG juga mencatat bahwa ada indikasi peningkatan suplai magma yang terjadi sejak dua pekan terakhir yang ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. Selain itu, gempa vulkanik dangkal (VTB) tercatat 10 kejadian per hari, gempa Multifase (MP) sebanyak 41 kejadian per hari, dan gempa guguran sebanyak 70 kejadian per hari. "Sedangkan laju deformasi EDM RB2 sebesar satu centimeter per hari," jelas Agus.