REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Hamas telah mengirimkan delegasi ke Kairo untuk melakukan negosiasi lebih lanjut dengan mediator Mesir dan Qatar. Namun, Israel belum mengirimkan utusannya. Hal ini terkait dengan harapan terjadinya gencatan senjata menjelang bulan suci Ramadhan.
Pejabat senior Hamas, Dr. Basem Naim, seperti dilansir Saudi Gazette pada Selasa (5/3/2024), mengatakan dia bersama tokoh senior Hamas lainnya terus menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, bukan gencatan senjata sementara.
Di sisi lain, para pejabat Israel menuntut jawaban yang jelas dari Hamas mengenai isu-isu utama serta daftar sandera Israel yang masih hidup yang dapat dibebaskan dengan kesepakatan.
"Informasi berharga tentang para sandera tidak dapat diberikan secara gratis," kata Naim, merujuk pada desakannya kepada Israel agar terjadi gencatan senjata.
AS dan negara lain yang memiliki pengaruh sekarang akan memberikan tekanan pada Israel dan Hamas dalam upaya untuk menopang kemajuan baru-baru ini dalam potensi kesepakatan tersebut.
Hal ini dilaporkan bakal mengakibatkan sekitar 40 sandera Israel dibebaskan dengan imbalan sekitar 10 kali lebih banyak tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel.
Lebih dari 130 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas. Para pejabat Israel mengatakan bahwa sedikitnya 30 orang di antara mereka tewas. Selama gencatan senjata 40 hari yang diusulkan, akan ada lonjakan bantuan yang sangat dibutuhkan yang masuk ke Gaza.
Tanpa kesepakatan, terdapat ancaman yang lebih besar berupa penyebaran ketegangan lebih lanjut selama bulan Ramadhan, yang tahun ini akan dimulai pada tanggal 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar.
Israel diperkirakan akan memberlakukan pembatasan akses bagi warga Palestina ke situs paling suci umat Islam di Yerusalem Timur yang diduduki, yaitu kompleks Masjid Al Aqsa, dengan alasan masalah keamanan. Hamas sangat menyadari ketakutan internasional mengenai gejolak baru dan sebelumnya yang telah menggunakan Al Aqsa untuk meningkatkan pertaruhannya.
Pekan lalu, dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menyebut pihaknya fleksibel dalam negosiasi. Dan juga meminta warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem untuk berbaris ke masjid untuk sholat pada hari pertama Ramadhan.
Tekanan internasional terhadap kesepakatan gencatan senjata semakin meningkat seiring dengan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Menurut PBB, ratusan ribu orang menghadapi kelaparan setelah perang selama hampir enam bulan.
"Mengingat besarnya skala penderitaan, harus ada gencatan senjata segera setidaknya selama enam minggu ke depan, dan itulah yang saat ini sedang dibahas," kata Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam sebuah acara di Alabama.
"Orang-orang di Gaza kelaparan. Kondisinya tidak manusiawi dan rasa kemanusiaan kita memaksa kita untuk bertindak. Ini akan membuat para sandera keluar dan mendapatkan bantuan dalam jumlah besar," tambahnya.