REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Sebelum 7 Oktober 2023, Dr Haya Hijazi adalah seorang ginekolog dan dokter kandungan yang terkenal dan sangat dicintai di kalangan wanita hamil di Gaza. Banyak wanita hamil yang ingin mendapatkan perawatannya selama proses kehamilan mereka.
Di waktu luangnya, Dr Haya adalah seorang pendidik online. Melalui akun instagramnya, dia banyak memberikan informasi seputar kehamilan, dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi wanita.
Profilnya adalah salah satu kepositifan dan harapan, diisi dengan video dari semua bayi cantik yang dia bantu lahirkan. Tetapi hari ini, peran pekerjaan Dr Haya telah menjadi sangat berbeda, dia sekarang berjuang untuk menjaga wanita hamil dan persalinan ini dan bayi mereka yang baru lahir agar tetap hidup.
Menurutnya, di luar sana masih banyak wanita hamil yang tidak dapat datang ke rumah sakit untuk melahirkan dan mereka melahirkan sendiri di rumah. Mereka hanya menghubungi nomornya melalui WhatsApp untuk menanyakan cara memotong tali pusar dan lainnya.
“Mereka telah melahirkan sementara tank Israel mengepung rumahnya, membuatnya terlalu berbahaya untuk dievakuasi,” ujar Dr Haya.
Dalam satu cerita Instagramnya yang menyakitkan, Dr Haya membagikan berita kematian salah satu pasien sebelumnya. Pasiennya membutuhkan waktu 18 tahun untuk hamil setelah akhirnya menjalani putaran IVF yang sukses di klinik Dr Haya, hanya untuk dia dan anaknya yang belum lahir terbunuh oleh bom Israel.
Dalam cerita Instagram lainnya, Dr Haya membagikan kisah seorang wanita berusia 22 tahun yang sedang hamil enam bulan dan kakinya hilang. Dia memberi tahu Dr Haya bahwa dia tidak bisa merasakan bayi itu bergerak, Dr Haya memberinya USG dan pemindaian mengungkapkan bahwa janin telah mati.
Situasi saat ini, satu anak lahir setiap 10 menit di Gaza dan PBB memperkirakan bahwa 180 wanita melahirkan di Gaza setiap harinya
Wanita hamil di Gaza telah melahirkan dengan latar belakang pemboman terus-menerus oleh tentara Israel, di rumah, di mobil, di salah satu dari beberapa rumah sakit yang tersisa penuh sesak, di sekolah-sekolah PBB, dan tenda-tenda.
Dalam konferensi pers yang disampaikan dari Amman pada pertengahan Januari 2024 ke kantor PBB di Jenewa, Spesialis Komunikasi UNICEF Tess Ingram mengatakan, "Ibu hamil menghadapi tantangan yang tak terbayangkan dalam mengakses perawatan medis, nutrisi, dan perlindungan yang sesuai sebelum, selama dan setelah kelahiran. Menjadi seorang ibu harus menjadi waktu untuk merayakan. Di Gaza, itu seperti melahirkan anak di neraka."
Ada lusinan...