Selasa 05 Mar 2024 22:20 WIB

Capai Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim, Ini Strategi Pemerintah

Produksi padi di Indonesia alami penurunan di tengah perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ilustrasi para petani memanen padi secara tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi beras periode Januari-April 2024 mengalami penurunan signifikan dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Menurut data Badan Pangan Nasional, produksi beras periode Januari hingga April 2024 lebih rendah 2,28 juta ton atau 17,57 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2023.

Plt Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (BPN), Budi Waryanto, mengatakan bahwa perubahan iklim ekstrem menjadi salah satu tantangan utama untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi, saat ini dan di masa depan. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang masif khususnya di Jawa, yang merupakan sentra padi, juga terus menggerus lahan pertanian. Walhasil, produksi padi di Indonesia kian merosot.

Baca Juga

“Seperti yang kita lihat sekarang, tantangan-tantangan yang kita hadapi seperti perubahan iklim dan berkurangnya lahan telah membuat penurunan produksi beras dan pada akhirnya harga beras naik,” kata Budi dalam webinar di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Ia kemudian mengungkap beberapa strategi pemerintah untuk pemenuhan pasokan beras dalam negeri. Pertama, kata Budi, pemerintah akan menggandeng para peneliti untuk menciptakan varietas unggul dan tahan akan perubahan iklim.

"Seperti yang kita tahu, para peneliti yang dulu ada di badan litbang pertanian, sudah 2 tahun ini mereka berpindah ke BRIN. Kami sudah mengkomunikasikan kebutuhan varietas unggul ini ke teman-teman peneliti, karena sudah perlu kita pikirkan agar jangan sampai telat, bagaimana kita menciptakan varietas yang tahan iklim,” kata Budi.

Selain itu, peneliti juga didorong untuk membuat inovasi pemanfaatan air laut sebagai alternatif irigasi. Mengutip data BRIN, luas lautan Indonesia mencapai 6,4 juta kilometer persegi, dan sumber daya yang melimpah tersebut dapat menjadi penyelamat kala lahan-lahan pertanian dilanda kekeringan.

“El Nino menjadi salah satu kondisi yang tidak bisa kita cegah. Dan di salah satu forum dulu pernah ada yang mengusulkan untuk membuat teknologi pengairan air laut. Faktanya lautan kita sangat luas, dan kenapa kita tidak memanfaatkannya,” kata Budi.

Strategi lain untuk mewujudkan stabilitas pangan adalah dengan memberikan subsidi pupuk kepada para petani. Menurut Budi, subsidi pupuk dapat memberi kemudahan kepada para petani dalam mendapatkan pupuk, sehingga petani bisa fokus meningkatkan produktivitas. Sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa kuantum pupuk pada anggaran tahun 2024 naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton. 

Lebih lanjut, kata Budi, pemerintah juga ingin memperluas lahan tani di luar Jawa untuk meningkatkan hasil produksi padi.

“Kami saat ini sedang menyusun rencana strategis 2025-2029 bahkan sampai 2045. Terkait apa yang harus dilakukan ke depan, bagaimana produksi ditingkatkan, dan memanfaatkan lahan pertanian lain yang tentunya kalau bisa di luar Jawa,” kata Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement