Rabu 06 Mar 2024 00:39 WIB

Menyantap Makanan Ultraproses Berlebihan Tingkatkan Risiko Gangguan Kecemasan

Menyantap makanan ultraproses berlebihan dikaitkan dengan kesehatan mental buruk.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan ultraproses (ilustrasi). Menyantap makanan ultraproses secara berlebihan dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk.
Foto: www.freepik.com
Makanan ultraproses (ilustrasi). Menyantap makanan ultraproses secara berlebihan dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi mengungkap bahwa menyantap makanan ultraproses secara berlebihan dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk. Konsumsi tinggi makanan ultraproses membuat seseorang berisiko 48-53 persen lebih besar untuk mengembangkan gangguan kecemasan.

Bagaimana bisa menyantap makanan ultraproses berkaitan dengan kondisi mental? Ternyata, itu ada kaitannya dengan otak, yang menjadi pusat pengendali berbagai hal, termasuk kondisi psikis seseorang.

Baca Juga

"Otak bergantung pada sejumlah nutrisi, jadi tidak mengherankan jika makanan turut berdampak pada kesehatan mental dan suasana hati," kata ahli diet terdaftar di British Dietetic Association, Frankie Phillips, dikutip dari laman Daily Star, Rabu (6/3/2024). 

Phillips menjelaskan bahwa otak bisa dipicu oleh glukosa sehingga kadar gula darah yang stabil sangat penting untuk mengisi bahan bakar otak. Sementara, makanan ultraproses yang telah mengalami pemrosesan dan modifikasi yang signifikan dari keadaan aslinya biasanya mengandung pemanis, pewarna buatan, pengawet, rasa buatan, dan pengemulsi.

Masalah dari menyantap makanan ultraproses dalam jumlah tinggi adalah membuat seseorang lebih mungkin untuk tidak makan makanan sehat yang memiliki dampak positif pada otak. Jadi, semakin sedikit makanan ultraproses yang dimakan, akan lebih baik. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa makanan ultraproses tidak serta-merta berbahaya bagi kesehatan mental. Menurut Phillips, tidak perlu menghindarinya sama sekali atau menghilangkannya dalam menu harian, sebab tidak semua pemrosesan atau pengolahan bersifat buruk.

"Mengonsumsinya sesekali tidak masalah dan, sebagai ahli diet, saya menyarankan mengonsumsi makanan ultraproses dalam jumlah sedang akan sangat berguna pada saat hidup menjadi terlalu sibuk, tetapi moderasi adalah kata kuncinya," ujar Phillips.

Jika ingin mengurangi asupan makanan ultraproses dan memasukkan lebih banyak makanan ramah otak ke dalam menu, mulailah secara bertahap. Misalnya, tetapkan di satu hari tertentu untuk membawa bekal makanan sehat dari rumah.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement