Rabu 06 Mar 2024 07:11 WIB

Buntu, Perundingan Gencatan Senjata Diperpanjang Satu Hari

Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk setiap hari.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang anak laki-laki Palestina melihat keluar dari jendela rusak yang menghadap puing-puing bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Yunis, Jalur Gaza selatan.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang anak laki-laki Palestina melihat keluar dari jendela rusak yang menghadap puing-puing bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Yunis, Jalur Gaza selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pejabat Hamas mengatakan negosiator kelompok itu akan tetap berada di Kairo satu hari lagi sesuai dengan permintaan mediator. Sementara perundingan gencatan senjata sudah berlangsung dua hari tanpa terobosan.

Perundingan Kairo dianggap sebagai langkah terakhir sebelum gencatan senjata 40 hari perang Israel di Gaza yang juga akan membebaskan sandera Israel dan memompa bantuan ke Gaza sebelum Ramadhan pekan depan. "Delegasi akan masih berada di Kairo pada hari Selasa untuk perundingan lebih lanjut, mereka diperkirakan akan menyelesaikan pembicaraan untuk hari ini," kata seorang pejabat Hamas, Senin (4/3/2024).

Baca Juga

Stasiun televisi Mesir, al-Qahera juga melaporkan perundingan diperpanjang hingga hari ketiga. Namun mengatakan perundingan "menghadapi kesulitan." Sebelumnya pejabat Hamas Bassem Naim mengatakan Hamas sudah mengajukan proposal kesepakatan gencatan senjata ke mediator dan kini tinggal menunggu respon dari Israel yang tidak menghadiri pertemuan tersebut.

"(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tidak ingin mencapai kesepakatan dan kini bolanya ada di tangan Amerika untuk menekannya membuat kesepakatan," Naim. Ditanya tentang komentar Naim yang menduga Israel menahan kesepakatan, seorang pejabat senior Israel mengatakan, klaim itu tidak benar. "Israel melakukan semua upaya untuk mencapai kesepakatan, kami menunggu respon Hamas," ujarnya.

Israel menolak memberikan komentar mengenai perundingan Kairo secara terbuka. Sebelumnya seorang sumber mengatakan Israel masih menjauh karena Hamas menolak memberikan daftar sandera yang masih hidup. Naim mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa gencatan senjata karena sandera tersebar di seluruh Gaza dan ditawan kelompok-kelompok yang berbeda.

Sumber keamanan Mesir mengatakan mereka masih berhubungan dengan Israel agar negosiasi dapat terus berlangsung meski tanpa kehadiran delegasi Israel. Sekutu terdekat Israel dan sponsor perundingan gencatan senjata, Amerika Serikat (AS) mengatakan Israel sudah menyetujui kesepakatan di atas meja dan kini tinggal Hamas untuk menerimanya.  

Hamas membantah pernyataan itu sebagai upaya mengalihkan kesalahan Israel bila perundingan gagal. AS juga mendorong Israel meringankan bencana kemanusiaan di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sudah lebih dari 30 ribu orang tewas dalam serangan Israel sejak bulan Oktober lalu.

Kini kelaparan juga mencengkram Jalur Gaza karena bantuan berkurang sejak awal kurang dan semakin menyusut hampir tidak ada lagi dalam satu bulan terakhir. Gaza utara sudah kehilangan akses pada makanan. Rumah sakit yang masih tersisa di Gaza kewalahan dengan korban luka dan kini anak-anak yang kelaparan.

Dua balita dengan kantung mata dan wajah yang cekung, satu mengenakan kardigan kuning dan yang lain dengan atasan garis-garis berbaring di klinik Gaza. Anak-anak Palestina itu kurus, dengan tulang kaki yang menyembul dari popok yang terlihat terlalu besar bagi mereka.

Pemandangan ini terlihat di pusat kesehatan Al-Awda di Rafah, selatan Gaza. Perawat Diaa Al-Shaer mengatakan anak-anak yang menderita malnutrisi dan berbagai penyakit lainnya datang dalam jumlah yang tidak pernah terjadi sebelumnya. "Kami akan menerima pasien dengan penyakit ini dalam jumlah besar, yaitu malnutrisi," kata Al-Shaer.

Berat badan balita yang mengenakan kardigan kuning Ahmed Qannan hanya enam kilogram. Bibinya Israa Kalakh mengatakan berat itu hanya setengah sebelum perang. "Situasinya semakin memburuk setiap hari, Tuhan lindungi kami dari apa yang akan datang," kata Kalakh.

Serangan udara dan darat Israel yang sudah berlangsung selama lima bulan menghancurkan Jalur Gaza dan mengakibatkan pengungsian massal, kelangkaan pangan akut yang mengarah pada apa yang PBB gambarkan sebagai krisis nutrisi. Salah satu dari bencana kemanusiaan yang terjadi di pemukiman Palestina itu.

Pada Ahad (3/3/2024) lalu Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 15 anak meninggal dunia akibat malnutrisi atau dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya di Gaza utara. Wilayah yang mengalami kelangkaan pangan ekstrem. "Sayangnya angka tidak resmi diperkirakan lebih tinggi," kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia Christian Lindmeier.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement