Rabu 06 Mar 2024 15:34 WIB

Jelang Puasa, Pj Gubernur Tegaskan Stok Beras di Jabar Aman, Warga tak Panic Buying

Bey mengingatkan soal pengendalian harga menjelang bulan Ramadhan.

Red: Arie Lukihardianti
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin usai acara High Level Meeting Pengendalian Inflasi Daerah, Rabu (6/3).
Foto: Magang06
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin usai acara High Level Meeting Pengendalian Inflasi Daerah, Rabu (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Menjelang puasa, Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin memastikan stok beras di Jabar aman. Jadi, Bey meminta pada semua masyarakat agar tak panic buying. Karena, stok beras di Bulog saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan Jabar.

"Bulog sudah siap terutama stok kita itu cukup untuk Jabar. Jadi tidak boleh panik masyarakat dalam membeli beras," ujar Bey dalam kegiatan High Level Meeting Pengendalian Inflasi Daerah, Rabu (6/3).

Baca Juga

Menurut Bey, impor beras akan terus dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Impor, dilakukan karena tingkah panen beras masih mengalami penurunan. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari BMKG, iklim akan kembali normal usai April sehingga petani akan panen.

"Setelah April iklim akan lebih normal dibandingkan tahun lalu. Jadi sudah tidak ada lagi El Nino. Jadi artinya untuk pangan Insya Allah kita akan bisa panen dan lain sebagainya," katanya.

Di sisi lain, Bey mengingatkan soal pengendalian harga menjelang bulan Ramadhan. Dia menyoroti khusus angka inflasi Jabar yang lebih tinggi dibandingkan data secara nasional.

Berdasarkan data BPS Jabar, capaian kinerja inflasi bulan Februari 2024 sebesar 3,09 persen (year on year), 0,45 persen (month to month) dan 0,61 persen (year to date). Dari data tersebut, secara year on year realisasi inflasi Jabar lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 2,75 persen.

"Indikator ekonomi Jabar inflasi cukup tinggi dibandingkan nasional, tentunya kita harus sama-sama untuk mengatasi hal ini," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Muhamad Nur, mengatakan Bank Indonesia akan terus mendukung program pengendalian inflasi dan perluasan digitalisasi provinsi Jawa Barat melalui TPID dan TP2DD.  Bahkan, menjelang Ramadhan TPID perlu semakin meningkatkan kewaspadaannya terhadap beberapa komoditas penyumbang inflasi yang rentan mengalami peningkatan harga melalui kerangka 4K. Yakni Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif. 

"Beberapa komoditas tersebut diantaranya minyak goreng, beras, cabai rawit, daging ayam ras, daging sapi hingga telur ayam ras," katanya. 

Menurut Nur, beras yang diproyeksikan akan memasuki panen raya pada April 2024 perlu untuk segera didistribusikan secara merata ke seluruh wilayah Jabar untuk meredam harga beras. Selain itu, jagung yang diproyeksikan memasuki masa panen pada Maret-April juga diharapkan mampu menjawab kebutuhan pakan ternak guna menekan harga telur dan daging ayam. 

Di sisi hilir, kata dia, penguatan peran retail modern dalam mendukung distribusi pasokan semakin strategis.  Sehingga perlu dilakukan penguatan jaringan distribusi serta inovasi dukungan pembiayaan perbankan. Berbagai langkah pengendalian sisi hulu-hilir tersebut, perlu didukung dengan komunikasi kebijakan yang efektif dengan menjaga ekspektasi masyarakat untuk berbelanja bijak dan sesuai kebutuhan selama Ramadhan dan Idulfitri. 

'Semua strategi diupayakan guna menjaga tingkat inflasi Jabar tetap rendah dan stabil pada rentang target 2,5±1 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement