REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel akan mengizinkan umat Muslim Palestina melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa pada bulan Ramadhan. Namun, Israel membatasi jumlah yang masuk ke dalam masjid dan berlaku hanya untuk pekan pertama.
"Untuk pekan pertama Ramadan, umat Muslim akan diizinkan masuk ke Masjid Al Aqsa dengan jumlah yang diizinkan serupa dengan tahun lalu," demikian menurut pernyataan kantor pejabat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Selasa (5/3/2024).
Mengenai apakah akses ke Masjid Al Aqsa akan dibuka seterusnya, kantor perdana menteri menyatakan akan mengambil keputusan berdasarkan kondisi keamanan.
"Penilaian terhadap aspek keamanan dan keselamatan akan dijalankan, dan keputusan akan dibuat berdasarkan penilaian tersebut," kata pernyataan tersebut.
Kantor perdana menteri mengatakan bahwa Israel menjunjung tinggi kebebasan beribadah untuk semua umat beragama di semua tempat di Israel, terkhusus Masjid Al Aqsa.
Otoritas Israel juga mengakui kesucian bulan Ramadhan serta menegaskan akan memastikan kesuciannya terjaga tahun ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Jutaan umat Muslim di seluruh dunia akan berpuasa pada bulan Ramadhan yang dimulai pada 10 Maret.
Sebagian besar Muslim Palestina melihat bulan Ramadhan sebagai satu-satunya kesempatan beribadah di Masjid Al Aqsa yang menjadi salah satu situs tersuci dalam Islam.
Meski demikian, dengan dalih alasan keamanan, Israel terus membatasi akses masuk Muslim Palestina ke Kompleks Masjid Al-Aqsa setiap tahunnya. Masyarakat Muslim muda menjadi yang paling terdampak atas pembatasan tersebut
Merespons serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang disebut menyebabkan 1.200 warga Israel tewas dan 240 warga tersandera, Israel melancarkan serangan balasan melalui invasi darat serta blokade total ke Jalur Gaza.
Serangan Israel telah menewaskan setidaknya 30.600 rakyat Palestina dan mencederai lebih dari 70 ribu orang lainnya, demikian menurut otoritas setempat.
Pada 24 November 2023, Qatar memediasi tercapainya kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas yang memungkinkan pertukaran tahanan dan sandera serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Setelah diperpanjang beberapa kali, gencatan senjata berakhir pada 1 Desember.