REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT akan menguji setiap umatnya dengan rasa sakit, rasa takut, dan rintangan dalam setiap urusannya. Tapi hal itu bukan berarti Allah SWT membenci umat-Nya, melainkan menguji kesabaran dan keimanan seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Salah satu kisah Nabi yang dikenal dengan kesabaran dan keteguhannya dalam iman terutama ketika ditimpa sakit yang parah, yaitu Nabi Ayyub.
Kisah Nabi Ayyub, yang juga dikenal sebagai Ayub, tercatat dalam Al-quran dan juga dalam literatur hadis. Dia adalah seorang Nabi yang hidup di zaman yang sama dengan Nabi Ibrahim.
Awalnya, Nabi Ayyub adalah seorang yang sangat kaya dan diberkati dengan keluarga yang besar. Namun, ia diuji oleh Allah dengan dicabutnya semua kekayaannya, kehilangan anak-anaknya, dan disertai penyakit kulit yang sangat parah. Meskipun mengalami penderitaan yang luar biasa, dia tetap bersabar dan tidak pernah menyalahkan Allah.
Selama masa penderitaannya, istri Ayyub tetap setia dan mendorongnya untuk tetap bertahan dalam imannya. Meskipun orang-orang disekitarnya mengabaikannya dan menolaknya, Nabi Ayyub tetap percaya pada Allah dan terus berdoa.
Pada titik tertentu, Nabi Ayyub memohon kepada Allah untuk mengakhiri penderitaannya, namun dia tidak pernah kehilangan keyakinannya. Selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan mengucapkan doa berikut:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang" (QS Al Anbiya: 83).
Doa tersebut terus diucapkan Nabi Ayyub selama belasan tahun ia mengalami sakit yang parah. Meskipun belum terlihat tanda-tanda kesembuhan, tapi Ayyub tetap memohon perlindungan dari Allah SWT.
Hingga pada akhirnya, Allah mengabulkan doanya, menyembuhkan penyakitnya, sesuai dengan yang Allah sampaikan pada Surat Shad, yang berbunyi:
ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
"Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum" (QS. Shad: 42).
Kemudian Allah mengabulkan doanya, menyembuhkan penyakitnya, mengembalikan kekayaannya, dan memberinya keluarga baru yang lebih besar dan lebih baik.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ)
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sebuah kaum niscaya Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (dengan ketetapan Allah), maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak ridha, maka Allah pun tidak akan ridha kepadanya” (HR At Tirmidzi no 2320, dan Ibnu Majah no 4021 dengan sanad yang hasan).
Dengan demikian, hadis diatas menegaskan bahwa salah satu tanda Allah mencintai umatnya yaitu dengan memberinya cobaan. Karena dari cobaan tersebut bisa dilihat sejauh mana umat-Nya bisa bersabar dan terus berusaha meminta pertolongan kepada Allah, dan menguatkan keimanannya untuk menahan rasa sakit itu.
Jika orang tersebut ketika diberikan cobaan malah semakin jauh dari Allah, suudzon kepada Allah, merasa Allah tidak menyayanginya, maka Allah tidak akan ridho. Tapi, jika seseorang ketika diuji berupa cobaan, rasa sakit, kesulitan, ia tetap husnudzon kepada Allah, terus berdoa, berdzikir, dan berpikir baik bahwa cobaan itu bagian dari ujian hidupnya, maka Allah SWT akan meridhoinya.
Dari kisah Nabi Ayyub mengajarkan kita beberapa pelajaran.
Pertama, kekuatan dalam kesabaran
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب
"Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan pahala mereka tanpa hitungan” (QS Az Zumar: 10).
Berdasarkan ayat diatas Allah menegaskan bahwa pahala dan kenikmatan seseorang yang akan diterima di akhirat kelak itu sesuai dengan kadar cobaan yang Allah berikan semasa hidupnya. Maka setiap cobaan yang Allah berikan, berat atau tidak, harus tetap dijalani dengan kesabaran.
Kedua, keteguhan dalam iman
Lihat halaman berikutnya >>>