Rabu 06 Mar 2024 21:04 WIB

Pesantren Tebuireng Terapkan Keamanan Berlapis demi Cegah Kekerasan

Gus Fahmi mengingatkan santri agar tidak membuat geng di pesantren.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.
Foto: Dok Republika
Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok pesantren yang didirikan hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, Ponpes Tebuireng menerapkan keamanan berlapis untuk para santrinya. Hal ini diterapkan demi keselamatan para santri, termasuk mencegah kekerasan yang akhir-akhir ini banyak menimpa santri di pesantren.

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng KH Fahmi Amrullah Hadziq yang akrab disapa Gups Fahmi turut prihatin dengan meninggalnya seorang santri di pondok pesantren Kediri yang dianiaya oleh seniornya.

Baca Juga

Ketua PCNU Jombang ini mengatakan, setiap pesantren sebenarnya sudah punya SOP sendiri dalam tata tertib, menegakkan peraturan dan sebagainya. Hanya saja, kata dia, terkadang di waktu dan tempat tertentu memang tidak terkontrol. Akhirnya, santri tidak bisa diawasi oleh orang lain.

"Makanya, di Tebuireng ini keamanannya itu berlapis, jadi santri itu tidak boleh keluar pondok kecuali hanya untuk bersekolah. Kalau mau keluar pun harus izin dan selalu melawati pos-pos keamanan," ujar Gus Fahmi kepada Republika.co.id, Rabu (6/3/2024).

Untuk mencegah perundungan dan kekerasan di pesantren, Gus Fahmi juga selalu mengingatkan kepada para santri dalam setiap pengajian agar tidak membuat geng di pesantren.

"Karena itu, saya sampaikan tidak ada geng di pondok. Yang ada hanya organisasi santri untuk kebaikan. Maka, kalau tetap ada indikasi itu saya akan keluarkan. Jadi lebih baik kita mengeluarkan satu dua anak untuk menyelamatkan ratusan anak," ucap Gus Fahmi

Sebenarnya, tambah dia, yang nakal di pesantren itu cuma satu atau dua anak. Tapi, karena dia bisa mengajak yang lain, maka harus dilakukan pencegahan.

"Makanya sebelum itu menyebar saya warning, sehingga tidak sampai kejadian. Jadi gak ada geng di pondok. Yang tetap ada geng, mem-bully dan sebagainya bersiaplah, saya bilang gitu," kata Gus Fahmi.

Selain itu, Pesantren Tebuireng juga sudah melakukan seleksi yang ketat terhadap calon santri. Biasanya yang dipertimbaggkan adalah akademiknya, IQ-nya, dan emosionalnya, serta mewswancarai orang tuanya.

"Misalnya ketika ada anak yang ketika ditanya orang tuanya bercerai itu ada catatan tersendiri. Karena biasanya mereka yang orang tuanya bermasalah biasanya nurun ke anak," jelas Gus Fahmi.

Dia tidak terlalu berharap kepada Kementerian Agama untuk menyelesaikan kasus kekerasan di pesantren. Karena, menurut dia, sebenarnya ini masalah internal pesantren.

"Jadi kami ingin pesantren itu lebih konsen untuk memperhatikan keamanan dan kenyamanan santri ketika belajar itu. Jadi kalau ada indikasi segera selesaikan. Kalau negara itu kan punya BIN ya, nah di pesantren hendaknya gak usah nunggu masalah ini membesar apalagi sampai memakan korban," kata Gus Fahmi.

"Jadi sebenarnya kalau masalah itu sudah sejak awal terdeteksi tidak sampailah kejadian seperti itu," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement