Laporan langsung jurnalis Republika, Mansyur Faqih, dari Shenzen, China
REPUBLIKA.CO.ID, SHENZHEN -- China telah menjadi salah satu negara dengan populasi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang cukup tinggi di dunia saat ini. Jika melihat jalanan di Negeri Tirai Bambu, maka akan EV akan dengan mudah terlihat. Bahkan, transportasi publik sudah didominasi oleh mobil bertenaga listrik.
Managing Director PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, menjelaskan, saat ini, rasio penetrasi mobil listrik di China sekitar 35,7 persen. "Artinya, setiap 100 mobil baru yang dijual di China saat ini, sekitar 35 di antaranya merupakan mobil listrik," kata dia di kantor pusat BYD di Shenzhen, Rabu (6/3/2024).
Saat ini, kata dia, semakin banyak warga China yang menjadikan EV sebagai pilihan kendaraan utama. Tidak seperti beberapa tahun lalu, yaitu ketika masih banyak orang China yang khawatir untuk menggunakan mobil listrik.
Karenanya, EV masih sebatas menjadi mobil kedua atau ketiga. Atau hanya sebatas alat untuk yang dipajang di garasi untuk menunjukkan bahwa seseorang mengikuti perkembangan zaman.
"Kondisi EV di China beberapa tahun lalu juga sama seperti di Indonesia saat ini. Banyak orang yang takut untuk menggunakan EV. Tapi sekarang, semakin banyak orang yang mau menggunakan EV sebagai kendaraan utama sehari-hari," kata Eagle.
Menurut dia, China membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kondisi seperti saat ini. China membutuhkan waktu setidaknya tujuh tahun untuk menginisiasi EV dari nol hingga mencapai rasio penetrasi satu persen.
"Saat BYD memulai bisnis EV pada 2010, kita butuh waktu tujuh tahun hanya untuk mencapai satu persen," ungkap dia.
Selanjutnya, dari satu persen menuju lima persen membutuhkan waktu tiga tahun. Serta tambahan tiga tahun lagi untuk menuju tingkat penetrasi 35 persen. "Kemudian di Thailand lebih cepat lagi, hanya membutuhkan waktu satu tahun, yaitu dari 2022-2023 untuk naik dari dua hingga 11 persen," jelas dia.
Bagaimana dengan Indonesia?