REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percakapan di media sosial X tentang Muslimah berhijab yang tak sengaja menyantap bakso daging babi saat berteduh menjadi viral di media sosial beberapa waktu lalu. Perempuan itu mengaku tidak ada yang memberitahukannya meski dia berhijab.
"CW// harsh word. Bener2 semua orang disitu gada yg ngasi tau lohhh, emang bener ini kota besar, Aku juga sadar klo aku merantau di kota besar yg orang2nya pada cuek2 tapi ga gini juga loh..," demikian pernyataan seorang warganet di akun media sosial X @tanyarlfes yang mengunggah menfess (mention and confess).
Menfess tersebut disertai dengan foto satu butir bakso dengan kuah beserta sendok dan garpu di dalam mangkok, menandakan bakso babinya sudah nyaris habis termakan oleh hijaber tersebut. Dia mengaku baru menyadarinya setelah pelanggan lain menegurnya.
Pegiat gaya hidup halal Rika Ekawati turut berkomentar mengenai hal ini. Dia menyesalkan kejadian seperti yang dialami perempuan berhijab itu.
"Astagfirullah. Teteh sangat menyesalkan kejadian seperti ini bisa terjadi, mengingat kita ada di Indonesia, negara dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia," ujar Rika saat dihubungi Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Agar ini tidak terjadi lagi, menurut Rika, semua pihak harus mengambil peran yang baik. Dia menyebutkan ini yang disebut toleransi.
Perempuan yang akrab disapa Teh Rika ini juga mengungkapkan bahwa Muslimah Indonesia juga harus menyadari bahwa mereka hidup di dunia dengan masyarakat yang beragam. Itu artinya, tidak semua yang ditawarkan produsen adalah produk yang halal bagi umat Islam.
"Maka sebagai Muslim yang baik, mengutamakan gaya hidup halal harusnya diutamakan,” kata perempuan yang memiliki 64,8 ribu pengikut di akun Instagram-nya, @rikaekawati.
Mengenai gaya hidup halal, Rika mengingatkan Muslimah untuk memastikan makan di restoran, kafe, warung makan yang sudah bersertifikat halal. Jika memang belum bersertifikat halal, pastikan untuk menanyakan terlebih dahulu kepada pelayan atau pedagang, terutama ketika jajan di lingkungan atau daerah yang didominasi masyarakat non-Muslim.
Di sisi lain, Rika menyebut, pedagang yang baik sudah semestinya memberi informasi yang jujur dan benar terkait makanan yang dijualnya. Misalnya, menuliskan pada buku menu atau tanda di depan warung/restoran atau mengingatkan pelanggan jika memang produk yang nonhalal atau mengandung alergen tertentu.
"Karena bukan hanya perkara halal haram yang akan menjadi masalah, jika alergi terhadap bahan tertentu seseorang bisa kehilangan nyawanya, tentu ini berbahaya sekali ya," ujar Rika yang juga food stylist dan fotografer halal food and lifestyle.
Selain itu, Rika menuturkan komitmen pemerintah dalam mewajibkan sertifikasi halal makanan pada Oktober 2024 seharusnya mendapatkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat. Menurutnya, kebijakan tersebut tentu saja dapat melindungi pelanggan Muslim dari kejadian-kejadian seperti di atas.
"Dengan menyertakan label atau tanda nonhalal, maka keputusan akan kembali ke customer," katanya.