REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Delapan tahun setelah Donald Trump mengalahkan calon presiden dari Partai Republik dengan gayanya yang keras dan terkadang vulgar, mantan bintang acara realita televisi kembali melakukannya lagi. Mantan presiden itu menjadi calon kandidat presiden terakhir Partai Republik dan kembali maju dalam pemilihan presiden untuk ketiga kalinya.
Trump mengalahkan calon kandidat terakhir Partai Republik, Nikki Haley pada Rabu (6/3/2024). Trump melibas lebih dari selusin penantangnya, banyak dari mereka orang-orang terkenal, dengan menolak untuk tampil bersama mereka dalam debat dan menyerang mereka di situs media sosialnya sendiri dan pada rapat umum besar di mana ia berbicara tanpa terputus selama berjam-jam.
Trump mendapat dukungan dari banyak pemilih Partai Republik yang melihatnya sebagai pejawat. Mereka percaya ia gagal masuk Gedung Putih empat tahun lalu karena dicurangi, dan kini menjadi sasaran yang tidak adil jaksa federal dan negara bagian.
Pemilih lain yang skeptis terhadap pribadi atau masalah hukumnya mendukung ide-ide kebijakannya dan percaya ia akan lebih cocok untuk mengalahkan Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, pada bulan November. Ketua Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell yang kritis terhadap perilaku pribadi Trump akhirnya mendukungnya.
“Sebagian besar dari pemilih memutuskan mereka ingin dia menyelesaikan pekerjaan yang dia mulai pada tahun 2016,” kata pendonor yang mendukung Gubernur Florida Ron DeSantis dalam pemilihan presiden 2024, Roy Bailey.
"Sebagian dari mereka adalah basis yang tidak pernah meninggalkannya. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang kembali kepadanya sebagai akibat dari senjata pemerintah Biden terhadapnya karena mereka tahu bahwa itu salah, dan ini menunjukkan betapa tangguh dan populernya dia," tambah Bailey.
Di Iowa, Trump menang dengan 30 poin persentase yang merupakan rekor bagi Partai Republik untuk negara bagian yang tidak memiliki pejawat. DeSantis yang berada di posisi kedua dan dianggap sebagai penantang Trump yang paling tangguh, gagal karena para pemilih mendukung Trump sementara DeSantis dan sekutunya berulang kali merombak strategi kampanye dan kepemimpinan mereka.
Sebelum Haley keluar, ada daftar panjang anggota Partai Republik yang mengakhiri kampanye mereka. Di antaranya: Senator Tim Scott dari South Carolina, pengusaha Vivek Ramaswamy, mantan Gubernur New Jersey Chris Christie, dan mantan Wakil Presiden Mike Pence. Scott dan Ramaswamy mendukung Trump dan mulai tampil mewakili Trump di acara-acara kampanye.
Tidak seperti 2016, ketika Trump perjalanannya menuju Gedung Putih tampak mustahil karena ia menantang politisi yang lebih berpengalaman. Kali ini kemenangannya terlihat tak terelakkan jauh sebelum pemungutan suara dilakukan.
Ketika ia meluncurkan kampanye terbarunya, Trump sedang menerima banyak kritikan atas kinerja partai yang mengecewakan pada pemilu paruh waktu 2022 dan menghadapi kontroversi baru karena makan malam dengan seorang nasionalis kulit putih. FBI menggeledah perkebunannya di Mar-a-Lago, Florida, tempat ia memulai kampanyenya, untuk mencari dokumen rahasia yang ia tolak untuk dikembalikan ke Arsip Nasional.
Namun, prospeknya semakin membaik meskipun ada rentetan masalah hukum. Termasuk empat kasus kriminal di mana ia menghadapi 91 tuduhan, pengaduan perdata dan kasus pencemaran nama baik di mana juri memutuskan ia bertanggung jawab atas pelecehan seksual, serta vonis penipuan senilai 355 juta dolar AS terhadap bisnisnya.
Banyak pemilih yang percaya dengan klaim Trump yang berulang kali ia sampaikan masalah hukumnya bermotif politik. Para lawannya di Partai Republik membela Trump dari kasus-kasus yang menimpanya, karena tidak ingin mendapat serangan balik dari para pendukung mantan presiden itu.