Kamis 07 Mar 2024 19:55 WIB

Perubahan Iklim Buat Siklus Hidup Hama Lebih Cepat

Suhu yang meningkat dampak dari perubahan iklim membuat siklus hama meningkat.

Petani menyemprot hama wereng (ilustrasi).
Foto: dokpri
Petani menyemprot hama wereng (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan fenomena perubahan iklim yang membuat suhu udara kian hangat menyebabkan peningkatan intensitas serangan hama dan gulma terhadap tanaman pangan. "Perubahan iklim membuat siklus hidup hama menjadi lebih cepat karena suhu meningkat," kata Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha dalam diskusi bertajuk pengendalian hama utama dan gulma pada tanaman pangan di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Ia menjelaskan, suhu udara yang menghangat akibat perubahan iklim juga memengaruhi biotipe pada organisme pengganggu tanaman. Varietas tanaman pangan yang dulunya tahan terhadap hama, sekarang, akibat perubahan iklim menjadi peka karena siklus hidup yang berkembang cepat. 

Baca Juga

"Hama juga mengalami penyesuaian untuk bisa bertahan hidup, sehingga hama harus mengubah biotipenya," kata dia.

Dia menyampaikan bahwa petani dapat melakukan pengendalian hama tanpa merusak lingkungan. Aktivitas pengendalian hama bukan berarti menghilangkan hama sepenuhnya, karena hal itu bisa mempmengaruhi ekosistem. Kegiatan pengendalian dalam batas aman agar populasi hama tidak merusak dan mengganggu produktivitas tanaman.

Yudhistira mencontoh beberapa cara pengendalian hama mulai dari merekayasa lingkungan, memperbanyak musuh alami hama, dan opsi paling terakhir penggunaan pestisida. Bahkan, konsep pengendalian hama terpadu juga bisa diimplementasikan dan disesuaikan dengan perubahan zaman yang terjadi sekarang.

Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Muhammad Yasin mengatakan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 278 juta jiwa memerlukan pangan yang cukup banyak. Serangan organisme pengganggu tanaman telah menimbulkan masalah dalam peningkatan produksi tanaman pangan.

Ia menjelaskan, penggunaan pestisida nabati berbahan sereh wangi dan minyak cengkih dapat digunakan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman jagung dan sorgum. Pestisida nabati efektif mengendalikan ulat grayak, cendawan, pengerek batang, dan pengerek tongkol.

Bahan baku pestisida nabati lainnya yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama tanaman pangan adalah ekstrak daun nimba, ekstrak bawang putih, hingga ekstrak daun tembakau.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement