REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, mengatakan, dukungan terhadap Prabowo Subianto yang terus mengalir dari pemimpin negara-negara sahabat membuat posisi Indonesia strategis dalam membangun kerjasama dengan dunia internasional.
Terbaru, pemerintah Amerika Serikat (AS) lewat juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby memberikan sambutan atas hasil Pilpres 2024 yang dimenangkan oleh calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang unggul dalam raihan suara versi quick count (hitung cepat), serta unggul sementara pula versi real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Bahwa itu suatu semangat kerjasama diberikan sebelum dilantik, tetapi tentunya akan membawa manfaat yang luar biasa bagi pejabat yang mendapat ucapan selamat itu, apalagi dari negara super adikuasa tentunya akan membuat percaya dirinya semakin tinggi untuk membangun negeri ini,” kata Teuku Rezasyah saat dihubungi, Kamis (7/3/2024).
Sebagaimana diketahui, dalam pernyataan persnya, Gedung Putih memberikan selamat kepada rakyat Indonesia yang telah menyelenggarakan pemilu dengan sukses. Bahkan, Presiden Amerika Joe Biden dalam pemberitaan media menyatakan siap membangun kerjasama dengan pemerintahan baru ke depan di beberapa isu strategis.
Dikatakan Rezasyah, dalam diplomasi politik internasional langkah Amerika Serikat sangat baik untuk menarik Indonesia bekerjasama secara intens, pasalnya selama ini bagi pandangan Amerika, Indonesia terlalu dekat dengan negara Tiongkok.
Langkah ini, kata Rezasyah, mencoba untuk meredam dominasi China terhadap Indonesia serta berusaha merangkul negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
“Wajar dalam suasana persaingan Amerika Serikat-China seperti sekarang, Amerika Serikat ingin memegang Indonesia karena kalau Indonesia sampai tidak bisa dibujuk oleh Amerika Serikat,” ucapnya.
Dijelaskan Rezasyah, ada kekhawatiran Amerika pemerintahan Prabowo-Gibran nanti hubungan Indonesia makin erat dengan Cina, sehingga pengaruh Amerika semakin luntur terutama terhadap hubungan kerjasama ekonomi dan isu demokrasi.
“Walaupun nilai demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang punya kita sendiri, tapi kalau ditafsirkan oleh Amerika bisa dianggap menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi ala Barat,” jelasnya.
“Juga ada ketakutan Amerika bahwa ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap Cina yang semakin tinggi, jadi ada ketakutan seperti itu, kemudian Amerika Serikat juga tidak mau kalah dengan Cina,” sambungnya.
Menariknya, ucapan selamat kepada Prabowo Subianto dari pemerintahan Cina telah disampaikan secara langsung lewat duta besarnya di Jakarta. Meski begitu, Rezasyah memastikan posisi Indonesia saat ini sangat bagus dalam membangun kerja sama dengan seluruh negara di dunia, termasuk dengan Amerika dan Cina.
"Jadi tentu ini baik untuk Indonesia, kita bisa interaksi di tengah-tengah dengan Washington dan juga dengan Beijing, dan tentunya nanti akan kita lihat siapa yang paling awal memberikan paket-paket kerja sama begitu,” ungkapnya.
Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran itu melanjutkan, ucapan-ucapan selamat dari beberapa kepala negara buat Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih menjadi semangat baru bagi koalisi Prabowo-Gibran dalam membangun bangsa ke depan.
“Pengakuan ini sudah diberikan sebelum ada keputusan resmi dari KPU, dan kita semua masih menunggu real count, ini bisa menjadi penyemangat kubu Prabowo,” ujarnya.
“Nanti seorang presiden terpilih itu siap-siap untuk dilantik biasanya akan banyak tawaran-tawaran kerjasama yang lebih baik daripada level kerja sama bilateral sebelumnya,” ujarnya.