Kamis 07 Mar 2024 21:38 WIB

Dalam Sepekan, SR020 Laris Manis

Kuota awal kedua seri SR020 sebesar Rp 15 triliun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Pegawai Kantor Cabang PT Bank Syariah Indonesia (kanan) menjelaskan mengenai surat berharga syariah negara ritel atau Sukuk Ritel.
Foto: BSI
Pegawai Kantor Cabang PT Bank Syariah Indonesia (kanan) menjelaskan mengenai surat berharga syariah negara ritel atau Sukuk Ritel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah sepekan,  pemerintah menerbitkan menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Sukuk Ritel seri SR020 dengan masa penawaran yang berlangsung sejak Jumat (1/3/2024) hingga Rabu (27/3/2024). Selayaknya beberapa seri sukuk ritel sebelumnya, SR020 juga memiliki karakteristik dan ketentuan yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan serta tujuan investasi investor.

SR020 diterbitkan dalam dua tipe produk, yaitu SR020-T3 dan SR020-T5. SR020-T3 memiliki tenor 3 tahun dengan imbal hasil tetap (fixed rate) sebesar 6,30 persen per tahun, sementara SR020-T5 memiliki tenor 5 tahun dengan imbal hasil tetap sebesar 6,40 persen per tahun.

Baca Juga

Berdasarkan data salah satu mitra distribusi (midis) PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) per Kamis (7/3/2024) pukul 15.00 WIB, terpantau SR020-T3 tersisa Rp7,5 triliun dan SR020-T5 tersisa Rp 4,4 triliun. Kuota awal kedua seri SR020 sebesar Rp15 triliun.

Head of Digital Marketing Bibit, Angie Anandita Tjhatra dalam keterangan tertulisnya mengatakan, SBN Syariah SR020 merupakan pilihan investasi syariah yang aman untuk menjadi pilihan pada bulan Ramadan. Terutama, karena SR020 ini ditawarkan hingga 27 Maret 2024 yang momennya juga bertepatan dengan pembagian THR.

"Masyarakat dapat mengalokasikan THR dengan bijak, seperti berinvestasi di SR020 yang 100 persen aman dijamin negara dan diawasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Para investor yang membeli SR020 di Bibit juga berkesempatan untuk mendapatkan cashback hingga Rp 30 juta,” ucap Angie dikutip Kamis (7/3/2024).

Dikonfirmasi terpisah, midis SR020 lainnya, Bank Central Asia (BCA) menyebut SR020 merupakan wujud kontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Instrumen investasi ini pun dapat digunakan sebagai pilihan passive income yang bersifat aman karena dijamin oleh Undang-undang.

"Berkaca pada penerbitan SBN Ritel sebelumnya, serta meningkatnya literasi dan minat masyarakat, BCA optimistis SR020 akan diminati masyarakat," kata Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn kepada Republika.

Adapun SR020 memiliki berbagai kelebihan, seperti: jenis imbal hasil fixed rate, dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder dan berpotensi mengalami kenaikan harga, sehingga menghasilkan capital gain ketika BI mulai menurunkan suku bunga. Selain itu kelebihannya adalah adanya fleksibilitas karena SR dapat dijadikan agunan kredit modal kerja dan kredit lainnya di BCA.

Hera mengatakan, masyarakat juga dapat menikmati berbagai kemudahan melalui BCA, yakni bebas biaya pembukaan rekening efek hingga penyimpanan dan transfer imbalan, serta harga yang kompetitif di Pasar Sekunder. Maka, kami melihat untuk penjualan SR020 akan diterima dengan baik oleh masyarakat. Sebagai informasi, bagi investor yang ingin memesan SBN Ritel, dapat melakukan pemesanan melalui fitur Welma di aplikasi myBCA dan website KlikBCA.

 

"Selain transaksi investasi, masyarakat juga dapat melakukan transaksi perbankan di dalam aplikasi myBCA," kata dia.

 

Sebagai informasi, SR020 ini bisa menjadi alternatif passive income bulanan, karena imbal hasil (kupon) SR020 akan diterima oleh investor setiap bulan pada tanggal 10, dengan kupon pertama pada 10 Mei 2024 (long coupon).

Adapun pembelian/pemesanan minimal untuk SR020-T3 sebesar Rp 1 juta dan kelipatan Rp 1 juta dengan maksimum Rp 5 miliar. Sedangkan pembelian/pemesanan minimal untuk SR020-T5 sebesar Rp 1 juta dan kelipatan Rp 1 juta dengan maksimum Rp 10 miliar.

Secara rinci, 30 midis yang telah ditunjuk pemerintah di antaranya Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank Commonwealth, Bank Danamon Indonesia, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia, Bank Mandiri, Bank Maybank Indonesia, Bank Mega, dan Bank Negara Indonesia (BNI). Selanjutnya, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank UOB Indonesia, Bank Victoria, Standard Chartered Bank, Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Bank Muamalat. Lalu, BRI Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Trimegah Sekuritas Indonesia, Bahana Sekuritas, Bareksa Portal Investasi, Binaartha Sekuritas, Philip Sekuritas Indonesia, Nusantara Sejahtera Investama (FUNDtastic+), Star Mercato Capitale (Tanamduit), dan Bibit Tumbuh Bersama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement