Lebih lanjut, Novi menyampaikan, orang tua dapat meminta pendapat atau kesan-kesan setelah anak-anak melakukan puasa. Menurut Novi, anak-anak yang baru mulai belajar berpuasa perlu diberikan ruang untuk merefleksikan pengalaman mereka.
Ayah dan ibu bisa menanyakan kapan waktu terberat bagi mereka, bagaimana mereka bisa melaluinya, apa yang mereka rasakan, lalu apakah ada hal luar biasa yang terjadi pada mereka.
"Dari situ mereka akan merasa bahwa berpuasa memberi makna bukan hanya pada dirinya, tetapi juga orang lain," katanya.
Novi menyarankan orang tua untuk melatih anak-anak berpuasa secara bertahap. Sesuaikan dengan kemampuan tiap anak agar kesehatannya tetap terjaga.
"Sebenarnya kan ada kaidah agamanya bahwa yang berpuasa penuh adalah yang akil baligh. Bagi anak-anak sifatnya belum wajib karena sedang belajar, apalagi kondisi kesehatannya sangat membutuhkan asupan air dan lain-lain," ujar psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.