REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING - Penjualan kendaraan listrik Cina melambat pada bulan-bulan awal tahun 2024 ini. Data industri menunjukkan pada Jumat (8/3/2024) penurunan terjadi saat persaingan yang semakin ketat karena pemimpin pasar BYD memimpin pemotongan harga yang lebih dalam.
Menurut data dari Asosiasi Mobil Penumpang Cina penjualan kendaraan listrik bertenaga baterai naik 18,2 persen pada Januari-Februari 2024. Kenaikan itu lebih rendah bila dibandingkan 20,8 persen sepanjang tahun 2023.
Bersama dengan hibrida plug-in, penjualan kendaraan energi baru (NEV) melonjak 37,5 persen dalam periode dua bulan, dibandingkan 36,2 persen pada tahun 2023. Hasil ini melampaui pertumbuhan pasar kendaraan penumpang secara keseluruhan sebesar 16,3 persen karena diskon yang meluas mendorong permintaan.
NEV menyumbang 33,5 persen dari total penjualan mobil pada bulan Januari-Februari dibandingkan 28,3 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga merebut pangsa pasar dari mobil bertenaga bensin yang penjualannya meningkat 7,8 persen.
“Beberapa kendaraan listrik dihargai setara dengan mobil bertenaga bensin, sehingga menekan penjualan mobil bertenaga bensin,” kata Cui Dongshu, sekretaris jenderal asosiasi tersebut, kepada wartawan pada hari Jumat.
Menurut perhitungan Reuters, BYD tahun ini telah menurunkan harga lebih banyak dibandingkan kompetitornya dan juga memangkas harga 13 model yang mencakup 93 persen dari total penjualan di Cina pada tahun 2023 dengan rata-rata 17 persen.
Pemotongan termasuk hampir 12 persen untuk crossover Yuan Plus terlaris – atau Atto 3 di luar negeri – dan 5 persen untuk EV Seagull dengan harga terendah.
Selusin produsen mobil telah bergabung dalam perang harga, termasuk Geely Auto, GAC Aion, Leapmotor, dan Xpeng dengan sebagian besar diskon berkisar antara 9 persen hingga 17 persen.
Pemotongan harga terjadi karena pangsa pasar NEV BYD turun menjadi 30,7 persen pada bulan Februari, terendah sejak Juni 2022, menurut perhitungan Reuters.