Jumat 08 Mar 2024 22:17 WIB

Gemar Maksiat dan Hidup Kaya Raya, Awas Hati-Hati Jebakan

Dalam Islam, setiap perbuatan akan ada ganjarannya.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Amalan terhindari dari perbuatan maksiat. Ilustrasi
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Amalan terhindari dari perbuatan maksiat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kita kadang mengeluh merasa hidup begini-begini saja. Padahal banyak orang-orang yang gemar bermaksyiat, melakukan zina, mabuk-mabukan, korupsi, namun bisa hidup dengan nyaman dan kaya raya. Apakah Tuhan pilih kasih?

Dalam Islam, setiap perbuatan akan ada ganjarannya, termasuk mereka yang gemar bermaskiat namun hidup nyaman dan bergelimang harta. Menurut Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam kitab Ad Da’u wa ad-Dawa, kelompok seperti ini yang tanpa takut dengan ganjaran Allah, justru yang harus waspada sebab hal itu merupakan istidraj dari Allah.

Baca Juga

“Bila engkau melihat Allah memberikan nikmat kepadamu secara terus menerus, sedang engkau tetap melakukan maksiat maka hati-hatilah. Kebab hal itu merupakan istidraj  dari Allah. Yaitu, Dia menuruti semua kehendakmu agar kamu memasuki kemaksiatan yang engkau lakukan secara lebih mendalam.” 

Menurut asy-Syeikh Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam bukunya Risalah Mu’awanah, barangsiapa masih tetap dalam kenikmatan meskipun ia bergelimang maksiat, maka sebenarnya ia telah ditarik oleh Allah Swt ke arah kebinasaan secara berangsur-angsur.

Firman Allah Swt:

وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

"Nanti kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui." (QS. al-A'raf: 182) 

 إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Dan firman Allah swt "Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka.” (QS. Ali-Imran: 178)

Allah sengaja menangguhkan siksa terhadap orang-orang zalim sehingga ketika Allah sudah menyiksa mereka, maka Dia tidak akan melepaskannya lagi. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya memperbanyak puji dan syukur pada Allah atas kelapangan dan kebahagiaan yang diberikan padanya adalah merupakan alat pendekatan diri kita kepada-Nya dan penyebab tercurahnya pertolongan dari-Nya.

Hendaklah engkau selalu mengagungkan nikmat, walaupun nikmat itu kecil nilainya. Allah Swt berfirman kepada para Nabi-Nya:

"Apabila Aku memberikanmu sebuah biji yang berulat sekalipun, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku masih mengingatmu, maka bersyukurlah kepada-Ku."

Ketahuilah bahwa seringnya membicarakan nikmat Allah Swt atas diri kita bukan berarti kita ingin membanggakan diri kita, baik nikmat yang berhubungan dengan keagamaan maupun keduniaan. Setiap amaliyah tergantung pada niatnya, sedangkan seluruh kebaikan dalam segala hal hendaknya selalu mengikuti tuntunan para salaf.

Dalam Sunan Tirmidzi disebutkan sabda Rasulullah:

"Sesungguhnya Allah memberikan dunia (kekayaan) bagi orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak Dia cintai. Namun, Dia tidak memberi keimanan kecuali kepada orang yang Dia cintai."

Sebagian orang Salaf berkata, "Barangkali orang yang diberi nikmat Allah tidak mengetahui bahwa itu adalah istidraj dan barangkali dia tertipu oleh pandangannya sendiri, namun ia tidak menyadarinya. Boleh jadi pula dia terlena oleh pujian orang lain, sementara ia tidak menyadarinya juga."

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement