Jumat 08 Mar 2024 23:53 WIB

RI Mau Jatuhkan Bantuan ke Gaza, Ini Bahayanya

Lima warga Gaza dilaporkan meninggal tertimpa bantuan udara.

Rep: Lintar Satria, Dessy Suciati Saputri / Red: Fitriyan Zamzami
Parasut menjatuhkan bantuan ke Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Jumat, 8 Maret 2024.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Parasut menjatuhkan bantuan ke Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Jumat, 8 Maret 2024.

JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyatakan rencana Indonesia ikut menjatuhkan bantuan makanan ke Jalur Gaza. Jika tak dilakukan dengan tepat, cara yang dikritik lembaga-lembaga kemanusiaan tersebut justru berbahaya bagi warga Gaza.

Pada Jumat (8/3/2024), setidaknya lima orang meninggal dan 10 lainnya terluka ketika paket bantuan yang dijatuhkan dari udara menimpa mereka di kamp Al Shati sebelah barat Kota Gaza. Seorang jurnalis di tempat kejadian, Khader Al Zaanoun mengatakan kepada CNN bahwa dia menyaksikan paket bantuan jatuh dari pesawat di atas kamp Al Shati pada Jumat tetapi tidak dapat memastikan negara mana yang berada di balik jatuhnya pesawat tersebut. 

Baca Juga

Muhammad Al-Sheikh, Kepala Departemen Perawatan Darurat di Kompleks Medis al-Shifa di Kota Gaza membenarkan lima orang gugur dalam insiden tersebut. Beberapa dari mereka yang terluka dalam insiden tersebut dan dipindahkan ke RS al-Shifa berada dalam kondisi serius, menurut Al-Sheikh. 

Dalam video yang beredar pada Jumat, satu unit bantuan jatuh dengan kecepatan tinggi saat parasut yang menahannya tidak berfungsi. Palet dan isinya terlihat jatuh dengan kecepatan tinggi menuju bangunan perumahan dekat Menara Fairoz di Gaza bagian barat. 

Amerika dan sejumlah negara lainnya seperti Yordania dan Mesir telah menjatuhkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dalam beberapa hari belakangan. Cara itu ditempuh karena bantuan lewat darat dibatasi oleh Israel sementara kelaparan di Gaza sudah akut dan mulai menimbulkan korban jiwa.

Pengiriman pertama AS dilakukan pada  Sabtu, berupa 38.000 makanan di sepanjang garis pantai Gaza dalam operasi gabungan dengan Yordania. Patut dicatat bahwa makanan sejumlah itu diperebutkan ratusan ribu orang yang mengungsi ke selatan Gaza, utamanya di wilayah Rafah.

Lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada pengentasan kemiskinan, Oxfam, sebelumnya mengecam rencana pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengirimkan bantuan ke Gaza lewat udara. Oxfam mengatakan langkah itu sebagai upaya untuk meredakan rasa bersalah pejabat-pejabat pemerintah AS.

"Oxfam tidak mendukung pengiriman bantuan lewat udara AS ke Gaza yang sebagian hanya akan meredakan rasa bersalah pejabat senior AS yang kebijakan-kebijakannya berkontribusi pada kekejaman yang sedang terjadi dan resiko kelaparan di Gaza," kata kepala advokasi untuk pemerintah AS Oxfam, Scott Paul dalam pernyataan yang diunggah di media sosial X, Sabtu (2/3/2024).

"Sementara warga Palestina di Gaza terdesak hingga ke ambang batas, menjatuhkan sejumlah kecil bantuan simbolis ke Gaza tanpa rencana distribusi yang aman tidak akan membantu dan sangat merendahkan warga Palestina," katanya.

"Alih-alih melakukan serangan udara tanpa pandang bulu di Gaza, AS seharusnya memotong aliran senjata ke Israel yang digunakan dalam serangan tanpa pandang bulu, mendorong gencatan senjata segera dan pembebasan sandera, dan bersikeras agar Israel menegakkan kewajibannya untuk memberikan bantuan kemanusiaan, akses, dan layanan dasar lainnya," tambahnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat menyampaikan, pemerintah akan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza. Bantuan tersebut akan disalurkan dengan pesawat Hercules melalui jalur udara.

Hal ini disampaikan Jokowi dalam keterangannya usai meresmikan pelaksanaan Inpres Jalan Daerah (IJD) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (8/3/2024).

"Kita tadi melihat peragaan ngedrop bantuan yang akan kita segera lakukan di Gaza karena Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi kesempatan untuk bisa memberikan bantuan ke Gaza, ke rakyat Palestina dengan lewat udara karena lewat darat sudah sulit," ujar Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement