REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan rencana membangun koridor maritim untuk membawa lebih banyak bantuan ke Gaza "butuh waktu berbulan-bulan." Ia menyambut baik rencana yang dipimpin Amerika Serikat (AS) itu. Cameron juga menyerukan bantuan dapat segera disalurkan melalui pelabuhan Israel, Ashdod, di utara Jalur Gaza.
"Hari ini kapal-kapal dapat membawa bantuan dari Siprus ke Ashdod," kata Cameron pada BBC seperti dikutip dari Aljazirah, Jumat (8/3/2024).
"Inggris akan memainkan peran dalam pemeriksaan awal" bantuan di Siprus, (dan) kami dapat berperan jika diperlukan dalam penyediaan bantuan dan pengirimannya," tambahnya.
Kelompok-kelompok kemanusiaan berulang kali mengatakan pengiriman bantuan melalui darat dan udara tidak efesien dan memakan banyak biaya. Mereka mendesak agar Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan dapat didistribusikan lewat jalur darat.
Rencana AS untuk membangun pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza untuk meningkatkan pengiriman bantuan dikritik sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari pemblokiran bantuan yang dilakukan Israel secara konsisten terhadap daerah kantong tersebut. Meskipun PBB sudah peringatan kelaparan yang akan terjadi.
Mengomentari pengumuman Biden, warga Gaza mengatakan yang mereka butuhkan adalah AS berhenti memberikan senjata kepada Israel.
"Alih-alih mengatakan mereka akan membangun pelabuhan untuk membantu kami, hentikanlah [pemberian] senjata yang mereka tembakkan kepada kami," kata Hassan Maslah, seorang pengungsi Palestina dari Khan Younis yang kini berlindung di Rafah.
"Semua senjata Amerika ini membunuh anak-anak kami dan membunuh kami kemanapun kami pergi. Kami tidak membutuhkan bantuan dari mereka. Kami membutuhkan mereka untuk menghentikan pembunuhan, menghentikan kematian," katanya.